Sunday, 22 April 2012

Malam Pertama Di Alam Kubur



Malam Pertama Di Alam Kubur

Malam pertama...
Malam itu ialah Malam Pertama Di Alam Kubur
Pernahkah engkau melihat kuburan?
Pernahkah engkau melihat gelapnya kuburan?
Pernahkah engkau melihat sempit dan dalamnya liang lahat?
Pernahkah engkau membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur?
Sedarkah engkau bahawa kuburan itu dipersiapkan untukmu dan untuk orang-orang selain darimu?
Bukankah telah silih berganti engkau melihat
teman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga terdekatmu diusung dari dunia fana ini ke kuburan?

Apakah Malam Pertama Kita di Alam Kubur Nanti Asyik dan Nikmat atau Penuh Derita dan Sengsara?"
Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan saat malam pertamamu nanti di alam kubur?
Tidakkah engkau tahu, bahawa ia adalah malam yang sangat mengerikan.
Malam yang kerananya para ulama' serta orang-orang yang soleh menangis dan orang-orang bijak mengeluh.
Apa tidaknya, kala itu kita sedang berada di dua persimpangan dan di dunia yang amat berbeza.
"Suatu hari pasti engkau akan tinggalkan tempat tidurmu (di dunia), dan ketenangan pun menghilang darimu.
Bila engkau berada di kuburmu pada malam pertama, demi Allah, fikirkanlah untung nasibmu dan apa yang akan terjadi padamu di sana?"

Hari ini kita berada di dunia yang penuh keriangan dengan anak-anak, keluarga dan sahabat handai,
dunia yang diterangi dengan lampu-lampu yang pelbagai warna dan sinaran,
dunia yang dihidangkan dengan pelbagai makanan yang lazat-lazat serta minuman yang pelbagai,
tetapi pada keesokannya kita berada di malam pertama di dalam dunia yang kelam gelap-gelita,
lilin-lilin yang menerangi
dunia adalah amalan-amalan yang kita lakukan,
dunia sempit yang dikelilingi tanah dan bantalnya juga tanah.

Pada saat kita mula membuka mata di malam pertama kita di alam kubur,
segala-galanya amat menyedihkan,
tempik raung memenuhi ruang yang sempit tapi apakan daya semuanya telah berakhir.
Itukah yang kita mahukan?
Pastinya tidak bukan?
Oleh itu beramallah dan ingatlah sentiasa betapa kita semua akan menempuhi Malam Pertama Di Alam Kubur!
Di dalam usahanya mempersiapkan diri menghadapi malam pertama tersebut, adalah diceritakan bahawa Rabi' bin Khutsaim menggali liang kubur di rumahnya. Bila ia mendapati hatinya keras,
maka ia masuk ke liang kubur tersebut.
Ia menganggap dirinya telah mati,
lalu menyesal dan ingin kembali ke dunia,
seraya membaca ayat: "Ya Rabbku, kembalikanlah aku semula (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal soleh terhadap apa yang telah kutinggalkan (dahulu)." (Surah Al-Mu'minun, ayat 99-100)

Kemudian ia menjawab sendiri; "Kini engkau telah dikembalikan ke dunia wahai Rabi'.." Dan disebabkan hal tersebut, Rabi' bin Khutsaim didapati pada hari-hari sesudahnya sentiasa dalam keadaan beribadah dan bertaqwa kepada Allah! Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang bakal menjemputmu? Wahai
saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan kengerian yang ada di dalamnya? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut akan hausnya di hari penyesalan? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut kepada api Neraka di Hari Kiamat nanti? Sesungguhnya kematian pasti menghancurkan kenikmatan para penikmatnya. Oleh itu, carilah (kenikmatan) hidup yang tidak ada kematian di dalamnya. "Ya Allah, tolonglah kami ketika sakaratul maut!"

Kematian itu pasti. Ia tidak meleset meski hanya sedetik. Ia biasa datang menyerap dengan tiba-tiba. Ia misteri. Kerananya setiap orang semestinya selalu siap. Dan tentu, husnul khatimah harus menjadi pilihan. Untuk mencapai itu, harus melalui jalan syari'at dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah Ta'ala. Tanpanya, husnul khatimah itu nihil. Bukankah, perahu tak akan berjalan di daratan?

Wahai orang tua yang telah bongkok punggungnya dan dekat ajalnya, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Wahai pemuda gagah yang bergelimang harta dan sejuta asa, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Ia adalah malam pertama dengan dua wajah, mungkin menjadi malam pertama bagi malam-malam syurga berikutnya, atau menjadi malam pertama bagi malam-malam neraka selanjutnya.

(Dipetik dari buku Malam Pertama Di Alam Kubur karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarni)

Patani, Hilangnya Sebuah Negeri Islam Melayu

Bagi sebagian umat, Patani mungkin hanya sebuah nostalgia negeri Melayu. Orang-orang yang memperhatikan peta Asia Tenggara sekarang akan mengetahui bahwa sebuah negeri Islam yang dulu berjaya kini telah hilang dan tinggal kenangan.

Berbeda dengan nasib negeri lainnya seperti Bosnia, Kashmir, Chechnya atau Palestina yang tak pernah sepi dari pemberitaan. Patani ditakdirkan telah menjadi sebuah negeri yang dilupakan orang, sepi dan tidak naik panggung. Namanya hanya terdapat pada peta dan dokumen lama saja. Demikian juga dengan orang Patani, hilang dan tak dikenal.

Patani yang dimaksud dalam tulisan ini bukanlah Changwad atau wilayah Patani sebagaimana terdapat dalam peta negara Thailand sekarang, tetapi lebih kepada sebuah negeri yang sempadannya lebih luas (Negeri Patani Besar) yang meliputi wilayah-wilayah Narathiwat (Teluban), Yala (Jalor) dan sebagian Senggora (Songkla, daerah-daerah Sebayor dan Tibor) bahkan Kelantan, Kuala Trengganu dan Pethalung (Petaling).

Patani itu Langkasuka

Negeri Patani memiliki sejarah yang cukup lama, jauh lebih lama daripada sejarah negeri-negeri di Semenanjung Melayu seperti Malaka, Johor dan Selangor. Sejarah lama Patani merujuk kepada kerajaan Melayu tua pengaruh Hindu-India bernama Langkasuka sebagaimana dikatakan oleh seorang ahli antropologi sosial di Prince of Songkla University di Patani, Seni Madakakul bahwa Langkasuka itu terletak di Patani. Pendapat beliau ini didukung oleh ahli sejarawan lainnya seperti Prof. Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof. Paul Wheatly.

Lebih jauh bahkan Sir John Braddle menegaskan bahwa kawasan timur Langkasuka meliputi daerah pantai timur Semenanjung, mulai dari Senggora, Patani, Kelantan sampai ke Trengganu, termasuk juga kawasan sebelah utara negeri Kedah (M. Dahlan Mansoer, 1979).

Dalam buku sejarah negeri Kedah, Hikayat Merong Mahawangsa, ada menyebutkan bahwa negeri Langkasuka terbagi dua: Sebagian terletak di negeri Kedah yaitu terletak di kawasan tebing sungai Merbok. Sebagian lainnya terletak di sebelah timur Kedah, yaitu di pantai Laut China Selatan. Dalam hal ini Prof. Paul Wheatly tanpa ragu mengatakan bahwa Langkasuka terletak di Patani sekarang. Pendapat beliau dikuatkan dengan temuan kepingan batu-batu purba peninggalan kerajaan Langkasuka di daerah Jerang dan Pujud (nama-nama kota pada masa itu). Konon, menurut buku Negarakertagama, Jerang atau Djere merupakan ibukota Langkasuka.

Sedangkan asal muasal orang Patani menurut para antropolog berasal dari suku Javanese-Malay. Sebab ketika itu suku inilah yang mula-mula mendiami Tanah Melayu. Kemudian berdatangan pedagang Arab dan India yang melakukan persemendaan sehingga menurunkan keturunan Melayu Patani di selatan Thai sekarang.

Tanah Melayu telah didatangi pedagang dari Arab, India dan China sejak sebelum masehi. Seorang pengembara China menyebutkan bahwa ketika kedatangannya ke Langkasuka pada tahun 200 masehi, ia mendapati negeri itu telah lama dibuka.

Pengaruh Sriwijaya

Sebelum menjadi negeri Islam, Patani (baca: Langkasuka) dikenal sebagai kerajaan Hindu Brahma. Rajanya yang terkenal adalah Bhaga Datta (515 M) yang berarti "pembawa kuasa". Ketika kerajaan Sriwijaya di nusantara berhasil menaklukkan Nakorn Sri Thamarat (sekarang Ligor di Thailand) pada 775 M dan kemudian mengembangkan kekuasaannya ke selatan (Patani), mulailah penduduk Patani meninggalkan agama Hindu dan memeluk Budha. Sebuah berhala Budha zaman Sriwijaya yang ditemui dalam gua Wad Tham di daerah Yala membuktikan pertukaran agama di atas.

Di bawah pemerintahan Sriwijaya inilah Patani mulai menapaki kemajuan, ramai dan terkenal. Hasil negeri Patani pada waktu itu banyak berupa pertanian dan perniagaan. Beberapa pengetahuan bernilai seperti teknik membajak dan berdagang diterima oleh orang Patani dari orang Jawa. Diyakini juga bahwa kerajaan Sriwijaya inilah yang membawa dan mengembangkan bahasa Melayu ke Patani.

Besarnya upeti yang diberikan setiap tahun ke kerajaan Sriwijaya menunjukkan bahwa Patani ketika itu kaya dan makmur.

Memeluk Islam

Tak diketahui pasti kapan Patani memeluk Islam, namun kalau dilihat kebanyakan

karya sastra sejarah dan merujuk kepada Teeuw dan Wyatt, juga W.K Che Man maka dapat diperkirakan bahwa Patani menjadi negeri Islam pada 1457 (Martinus Nijhoff, 1970).

Masuknya Patani kedalam Islam ibarat sebuah "dongeng", namun itulah adanya, seperti tertulis dalam buku-buku sejarah. Dikisahkan pada waktu itu Patani (Langkasuka) diperintah oleh raja Phya Tu Nakpa. Raja dikabarkan menderita sakit yang tak kunjung sembuh. Beliau mendengar ada seorang tabib, syeikh Said, seorang Muslim, yang mampu menyembuhkan sakitnya. Tabib tersebut sanggup mengobati penyakit sang Raja asal dengan syarat jika sembuh dari sakitnya maka Raja harus memeluk Islam. Namun Raja Phya Tu Nakpa ingkar janji setelah sembuh. Akhirnya Raja sakit kembali. Kejadian ini terulang sampai tiga kali. Pada kali ketiga inilah Raja bertaubat, ia tidak akan memungkiri janjinya lagi.

Setelah Raja sembuh dari sakitnya, beliau bersama keluarga dan pembesar istana memeluk Islam. Raja Phya Tu Nakpa berganti nama menjadi Sultan Ismail Shah. Sejak saat itu mulailah Islam berkembang dan pengaruh Hindu-Budha mulai berkurang, lemah dan akhirnya hilang dari Patani.

Raja Phya Tu Nakpa (Sultan Ismail Shah) diketahui juga sebagai pengasas negeri Patani. Beliaulah yang mengganti nama kerajaan lama menjadi Patani yang berarti "Pantai Ini". Karena beliau secara kebetulan menemukan suatu tempat yang indah dan ideal untuk dijadikan negeri di tepi pantai. Riwayat lain mengatakan Patani berasal dari kata "Pak Tani". Yaitu pemilik pondok (seorang petani garam) ditepi pantai yang ditemui oleh Raja ketika beliau bepergian mencari lokasi negeri baru. (Ibrahim Shukri, tanpa tahun)

Setelah berpindah ke Patani, Patani menjadi lebih ramai dan oleh karena lokasinya yang baik, tempat baru ini menjadi makmur dan mewah. Patani menjadi pusat daya tarik saudagar-saudagar dari timur seperti Jepang, China, Siam dan Eropa. Tercatat pada 1516 kapal dagang Portugis singgah pertama kalinya di pelabuhan Patani. Pinto, seorang saudagar dan penjelajah asal Portugis menyatakan: "Pada masa saya datang ke Patani dalam tahun itu saya telah berjumpa hampir-hampir 300 orang Portugis yang tinggal di dalam pelabuhan Patani. Selain dari Portugis didapati juga bangsa-bangsa timur seperti Siam, China dan Jepang. Orang-orang Jepang besar juga perniagaannya di pelabuhan ini."

Menaklukkan Siam

Sepeninggal Sultan Ismail Shah, putranya yaitu Sultan Muzaffar Shah, diangkat menjadi Sultan Patani. Selain meneruskan dan memajukan negerinya, Sultan Muzaffar Shah sering melakukan lawatan ke negara tetangga seperti Malaka, Siam. Namun dalam lawatan ke Siam (sekarang Thailand) beliau diperlakukan tidak selayaknya oleh Raja Siam. Raja Siam merasa lebih tinggi derajat dan kedudukannya daripada Sultan Patani. Sehingga perlakuan ini menimbulkan perasaan terhina dalam jiwa Sultan Muzaffar.

Ketika mengetahui kerajaan Siam diserang oleh Burma pada 1563, Sultan Muzaffar Shah bersama adiknya Sultan Mansyur Shah memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang Siam. Dengan mengerahkan 200 kapal perang dan ribuan pasukan, Siam akhirnya jatuh ke tangan Sultan Muzaffar pada tahun itu juga.

Sayang, tak lama kemudian, Sultan Muzaffar meninggal secara mendadak di muara sungai Chao Phraya dan dimakamkan di sana. Sebelum meninggal Sultan Muzaffar mengamandatkan kekuasaan kepada adiknya, Sultan Mansyur Shah. Hal ini dilakukan karena sampai akhir hayatnya Sultan Muzaffar tidak mengetahui bahwa permaisurinya sedang hamil. Sekalipun Sultan Muzaffar mempunyai anak dari selirnya (Pengiran Bambang), namun dalam tradisi pewarisan tahta di kerajaan Melayu tidak mengenal calon Raja dari anak selir. Sehingga diangkatlah adiknya (Sultan Mansyur Shah) menjadi Sultan Patani sampai akhir hayatnya (1564-1572).

Sebelum meninggal, Sultan Mansyur Shah telah berwasiat agar anak saudaranya -- anak Sultan Muzaffar Shah -- yaitu Patik Siam (10 th), pewaris sah kesultanan, diangkat menggantikan dirinya. Namun pengangkatan ini menimbulkan kebencian dan kedengkian dari Pangiran Bambang (anak Raja dari selir). Para ahli sejarah mengatakan bahwa peristiwa ini merupakan titik awal perselisihan dan perebutan kekuasaan dalam istana. Antara tahun 1573-1584 merupakan tahun-tahun penuh gejolak bagi kesultanan Patani. Tercatat dua kali terjadi perebutan kekuasaan disertai pembunuhan yang semuanya melibatkan anak-anak dari selir (anak Raja yang bukan dari permaisuri).

Kejayaan dan Keruntuhan

Patani mencapai zaman keemasannya ketika diperintah oleh empat orang Ratu yaitu Ratu Hijau (1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu Ungu (1624-1635) dan Ratu Kuning (1635-1651).

Patani pada zaman Ratu-ratu sangat makmur dan kaya. Kekuasaannya meluas hingga ke Kelantan dan Trengganu sehingga terkenal dengan sebutan Negeri Patani Besar. Kecuali Johor, tidak ada negeri lain di belahan timur Semenanjung Melayu yang memiliki kemakmuran dan kekuatan sehebat Patani kala itu.

Kekuatan negeri Patani tergambar dari kemampuannya mematahkan empat kali serangan kerajaan Siam pada 1603, 1632, 1634 dan 1638. Patani memiliki 3 buah meriam besar yang sangat masyhur yaitu Seri Negara, Seri Patani dan Mahalela. Mampu mengerahkan 180.000 pasukan siap tempur dan diperkuat oleh sebuah benteng yang tak kalah terkenalnya yakni Benteng Raja Biru.

Sayang, masa kejayaan ini hanya bertahan 67 tahun. Ketika Ratu Kuning meninggal pada 1651, Patani mengalami proses kemerosotan secara politik, militer dan ekonomi. Patani hanya mencatat kemajuan ketika dipimpin oleh Raja Sakti I dan Raja Bahar yang mampu menyatukan Senggora (Songkla) dan Pethalung.

Pada akhir abad ke-17 ini, Patani mulai kehilangan era keemasannya. Tidak adanya peperangan dengan Siam, yang merupakan musuh tradisi bersama, sampai menjelang kejatuhannya (hampir satu abad) menyebabkan negeri Patani Besar yang tadinya bersatu (meliputi Kelantan, Trengganu, Patani Awal, Senggora dan Pethalung), perlahan-lahan mulai memisahkan diri. Perang yang terakhir yang melibatkan Patani - Siam terjadi pada 1638. Sejak tahun itu tidak ada lagi peperangan di antara kedua negara.

Kekuatan politik dan daya tarik pelabuhannya sebagai pusat dagang utama juga semakin redup, seiring dengan makin banyaknya pusat-pusat dagang yang baru seperti Johor, Malaka, Aceh, Banten dan Batavia (Jakarta).

Sebagai negara perairan, ekonomi Patani sangat tergantung pada perniagaan. Kemerosotannya pada bidang ini telah menyebabkan barometer ekonomi Patani anjlok. Maka boleh dikata, sejak awal abad ke-18, pelabuhan Patani hanya sebagai tempat persinggahan saja bukan pusat dagang dan bisnis lagi. Ditambah lagi faktor ketidakstabilan politik, perpecahan wilayah dan krisis pucuk pimpinan, maka lengkaplah Patani menjadi "Orang Sakit di Semenanjung Melayu".

Malang bagi Patani, karena hampir bersamaan dengan kemerosotan ini, Siam, di bawah pimpinan Panglima Taksin bangkit kembali dan berhasil mengusir Burma dari seluruh negeri. Sehingga ketika Patani lengah dan lemah, Siam berhasil menaklukkannya pada 1785. Maka mulai tahun inilah, Patani berada dalam cengkeraman Siam. Bahkan pada 1909, lewat Perjanjian Bangkok antara Inggris-Siam, Patani akhirnya terserap menjadi wilayah "resmi" Siam yang kemudian merubah namanya menjadi Thailand sampai sekarang ini.

Sumber:
http://www.geocities.com/prawat_patani/patanilupa_malay.htm

40 Hadith Peristiwa Akhir Zaman


40 Hadith Peristiwa Akhir Zaman
Oleh: Annalthafunnisa

TAKWA DAN PERPADUAN ASAS KESELAMATAN DI AKHIR ZAMAN

Ertinya:
Daripada Abi Nijih 'Irbadh bin Sariyah r.a. berkata, "Telah menasihati kami oleh Rasulullah saw. akan satu nasihat yang menggetarkan hati kami dan menitiskan air mata kami ketika mendengarnya, lalu kami berkata, Ya Rasulullah, Seolah-olah ini adalah nasihat yang terakhir sekali maka berilah pesanan kepada kami." Lalu baginda pun bersabda, "Aku berwasiat akan kamu supaya sentiasa bertakwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun yang meminpin kamu itu hanya seorang hamba. Sesungguhnya sesiapa yang panjang umurnya daripada kamu pasti ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa Ar Rasyidin Al Mahdiyin (Khalifah-khalifah yang mengetahui kebenaran dan mendapat pimpinan ke jalan yang benar) dan gigitlah sunah-sunah itu dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang baru (bid'ah) yang diada-adakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bid'ah itu adalah sesat." ( H.R. Abu Daud dan Tirmizi)



Keterangan

Hadis diatas mengandungi pesanan-pesanan yang sangat berharga daripada Rasulullah saw. bagi umatnya, terutama bila mereka berhadapan dengan zaman yang penuh dengan kacau bilau dan perselisihan iaitu seperti zaman yang sedang kita hadapi sekarang ini. Oleh itu sesiapa yang mahu selamat maka hendaklah ia mengikuti tunjuk ajar yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw. dalam hadis, iaitu:

Pertama: Hendaklah ia menlazimi takwa kepada Allah dalam keadaan apa jua dengan mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Kedua: Mentaati perintah pihak yang menguruskan hal ehwal kaum muslimin walaupun seandainya mereka terdiri daripada golongan hamba, selama mereka berpegang dengan Al Quran dan sunnah Nabi saw. dan sunnah-surmah kulafa Ar Rasyidin, kerana patuh kepada penguasa yang mempunyai sifat-sifat ini bererti patuh kepada Al Quran dan Hadis Nabi saw.

Ketiga: Berpegang teguh kepada sunnah Nabi saw. dan sunnah para kulafa Ar Rasyidin Al Mahdiyin (Abu Bakar, 0mar, Osman dan Ali r.a.) yang mana mereka telah mendapat petunjuk daripada Allah Taala, iaitulah berpegang kepada fahaman dan amalan ahli sunnah waljamaah yang mana hanya penganut fahaman ini sahaja yang mendapat jaminan selamat daripada api neraka dan yang bertuah mendapatkan syurga pada hari kiamat nanti.

Keempat: Menjauhi perkara-perkara bid'ah dholalah, iaitu apa jua fahaman dan amalan yang ditambah kepada agama Islam yang sempurna ini, pada hal tidak ada dalil atau asal dan contoh dari agama. Sekiranya ada asal atau dalil, maka tidaklah perkara-perkara yang baru itu dikatakan bid'ah menurut pengertian syarak (bukan bid'ah dholalah) tetapi hanya dinamakan bid'ah menurut pengertian loghat atau bahasa sahaja (jaitulab bid'ah hasanah).


KENAPA DUNIA ISLAM MENJADI SASARAN PEMUSNAHAN

Ertinya:
Daripada Ummul Mu'minin , Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah saw.) ,beliau berkata," (Pada suatu hari) Rasulullah saw. masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda, La ilaha illallah, celaka (binasa) bagi bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka dari dinding Ya'juj dan Ma'juj seperti ini", dan Baginda menemukan ujung jari dan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyararkan seperti bulatan. Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya: "Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa sedangkan dikalangan kami masih ada orang-orang yang shaleh?" Lalu Nabi saw. bersabda "Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak". (H.R. Bukhari Muslim)



Keterangan

Hadis di atas rnenerangkan bahawa apabila di suatu tempat atau negeri sudah terlarnpau banyak kejahatan, kemungkaran dan kefasiqan, maka kebinasaan akan menimpa semua orang yang berada di tempat itu. Tidak hanya kepada orang jahat sahaja, tetapi orang-orang yang shaleh juga akan dibinasakan, walaupun masing-masing pada hari qiamat akan diperhitungkan mengikut amalan yang telah dilakukan.

Oleh itu, segala macam kemungkaran dan kefasiqan hendaklah segera dibasmikan dan segala kemaksiatan hendaklah segera dimusnahkan, supaya tidak terjadi malapetaka yang bukan sahaja akan menimpa orang-orang yang melakukan kemungkaran dan kejahatan tersebut, tetapi ianya menimpa semua penduduk yang berada di tempat itu.

Dalarn hadis di atas, walaupun disebutkan secara khusus tentang bangsa Arab tetapi yang dimaksudkan adalah seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Tujuan disebutkan bangsa Arab secara khusus adalah kerana Nabi kita saw. sendiri dari kalangan mereka, dan yang menerima Islam pada masa permulaan penyebarannya adalah kebanyakannya dari kalangan bangsa Arab dan sedikit sekali dari bangsa yang lain . Begitu pula halnya dalam masalah yang berkaitan dengan maju-mundurnya Umat Islam adalah banyak bergantung kepada maju-mundurnya bangsa Arab itu sendiri. Selain daripada itu, bahasa rasmi Islam adalah bahasa Arab.

Kemudian Ya'juj dan Ma'juj pula adalah dua bangsa (dari keturunan Nabi Adam as.) yang dahulunya banyak membuat kerosakan di permukaan bumi ini, lalu batas daerah dan kediaman mereka ditutup oleh Zul Qarnain dan pengikut-pengikutnya dengan campuran besi dan tembaga, maka dengan itu mereka tidak dapat keluar, sehinggalah hampir tibanya hari qiamat. Maka pada masa itu dinding yang kuat tadi akan hancur dan keluarlah kedua-dua bangsa ini dari kediaman mereka lalu kembali membuat kerosakan dipermukaan bumi ini. Apabila ini telah terjadi, ia menandakan bahawa hari qiamat sudah dekat sekali tibanya.


SELURUH DUNIA DATANG MENGERUMUNI DUNIA ISLAM

Ertinya:
Daripada Tsauban r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda; "Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka". Maka salah seorang sahabat bertanya "Apakah dari kerana kami sedikit pada hari itu?" Nabi saw. menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan"'. Seorang sahabat bertanya, "Apakah wahan itu hai Rasulullah?" Nabi kita nenjawab, "Cinta pada dunia dan takut pada mati". (H.R. Abu Daud)



Keterangan

Memang benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. Keadaan umat Islam pada hari ini, menggarnbarkan kebenaran apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. Umat Islam walaupun mereka mernpunyai bilangan yang banyak, iaitu 1,000 juta (1/5 penduduk dunia), tetapi mereka selalu dipersendakan dan menjadi alat permainan bangsa-bangsa lain. Mereka ditindas, diinjak-injak, disakiti, dibunuh dan sebagainya. Bangsa-bangsa dari seluruh dunia walau pun berbeza-beza agama, mereka bersatu untuk melawan dan melumpuhkan kekuatannya.

Sebenarnya, segala kekalahan kaum Muslimin adalah berpunca dari dalam diri kaum muslimin itu sendiri, iaitu dari penyakit 'wahan" yang merupakan penyakit campuran dari dua unsur yang selalu wujud dalarn bentuk kembar dua, iaitu “cinta dunia” dan 'takut mati". Kedua-dua penyakit ini tidak dapat dipisahkan. "Cinta dunia" bermakna tamak, rakus, bakhil danti dak mahu mendermakan harta di jalan Allah swt. Manakala “takut mati" pula bermakna leka dengan kehidupan dunia dan tidak membuat persiapan untuk menghadapi negeri akhirat dan tidak ada perasaan untuk berkorban dengan diri dan jiwa dalam memperjuangkan agarna Allah swt.

Kita berdoa agar Allah swt. menurunkan mushrahNya kepada kaurn muslimin dan memberikan kepada mereka kejayaan di dunia dan di akhirat.


ILMU AGAMA AKAN BERANSUR-ANSUR HILANG

Ertinya:
Daripada Abdullah bin Amr bin 'ash r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bahawasanya Allah swt. tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah swt. menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain." (H.R. Muslim)



Keterangan

Sekarang ini alim-ulama sudah berkurangan. Satu demi satu pergi meninggalkan kita. Kalau peribahasa Melayu mengatakan, "patah tumbuh, hilang berganti", peribahasa ini tidak tepat berlaku kepada alim ulama. Mereka patah payah tumbuh dan hilang payah berganti. Sampailah suatu saat nanti permukaan bumi ini akan kosong dari Ulama. Maka pada masa itu sudah tidak bererti lagi kehidupan di dunia ini. Alam penuh dengan kesesatan. Manusia telah kehilangan nilai dan pegangan hidup. Sebenarnya, alim ulamalah yang memberikan makna dan erti pada kehidupan manusia di permukaan bumi ini. Maka apabila telah pupus alim ulama, hilanglah segala sesuatu yang bernilai.

Di ahir-akhir ini kita telah melihat gejala-gejala yang menunjukkan hampirnya zaman yang dinyatakan oleh Rasulullah saw. tadi. Di mana bilangan alim ulama hanya tinggal sedikit dan usaha untuk melahirkannya pula tidak mendapat perhatian yang sewajarnya. Pondok-pondok dan sekolah-sekolah agama kurang mendapat perhatian daripada cerdik pandai. Mereka banyak mengutamakan pengajian-pengajian di bidang urusan keduniaan yang dapat meraih keuntungan harta benda dunia. Ini lah realiti masyarakat kita di hari ini. Oleh itu, perlulah kita memikirkan hal ini dan mencari jalan untuk menyelesaikannya.


Umat Islam Mengikut Langkah-Langkah Yahudi Dan Nasrani

Ertinya:

Daripada Abu Sa’id Al-Khudri r.a. berkata: Bahawasanya Rasulullah saw bersabda: “Kamu akan mengikut jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu akan mengikuti mereka”. Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah Yahudi dan Nashrani yang kau maksudkan?”. Nabi saw menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”. (H.R. Muslim)


Keterangan

Umat Islam akan mengikut jejak langkah ataupun ‘cara hidup’ orang-orang Yahudi dan Nashrani, hinggalah dalam urusan yang kecil dan perkara-perkara yang tidak munasabah. Contohnya, jikalau orang Yahudi dan Nashrani masuk ke lubang biawak yang kotor dan sempit sekalipun, orang Islam akan terus mengikut mereka.

Zaman sekarang ini kita dapat melihat kenyataan sabda Rasulullah saw ini. Ramai orang Islam yang kehilangan pegangan di dalam kehidupan. Mereka banyak meniru ‘cara hidup’ Yahudi dan Nashrani samaada mereka sedar atau tidak. Ramai orang Islam yang telah terperangkap dengan tipu helah Yahudi dan Nashrani dan ramai pula yang menjadi alat dan tali barut mereka.

Ya Allah! Selamatkan kami daripada mereka.


GOLONGAN ANTI HADITH

Ertinya:
Daripada Miqdam bin Ma'dikariba r.a. berkata: Bahawasanya Rasulullah saw. bersabda, "Hampir tiba suatu masa di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas katilnya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadis daripada hadisku maka ia berkata : "Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullah (al-Quran) sahaja. Apa yang di halalkan oleh al-Quran kami halalkan. Dan apa yang ia haramkan kami haramkan”. (Kemudian Nabi saw. melanjutkan sabdanya, "Padahal apa yang diharamkan oleh Rasulullah saw. samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan oleh Allah swt." (H.R. Abu Daud)

Keterangan

Lelaki yang dimaksudkan di dalam hadis ini adalah seorang yang mengingkari kedudukan Hadis sebagai sumber hukum yang kedua selepas al-Quran. Ia hanya percaya kepada alQuran sahaja. Baginya, hadis tidak perlu untuk dijadikan sumber hukum dan tempat rujukan. Golongan ini tidak syak lagi telah terkeluar dari ikatan Agama Islam dan pada realitinya seseorang itu tidak akan dapat memahani al-Quran jika tidak merujuk kepada hadis Nabi saw.. Al-Quran banyak menerangkan hal-hal yang besar dan garis panduan umum. Maka Hadislah yang berfungsi untuk memperincikan isi dan kandungan serta kehendak ayat-ayatnya serta menghuraikan dan menerangkan yang musykil. OIeh kerana itu, syariat tidak akan sempurna kalau hanya dengan al-Quran sahaja, tetapi ia mesti disertai dengan hadis Nabi saw.


GOLONGAN YANG SENTIASA MENANG

Ertinya:
Daripada Mughirah bin Syu' bah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Sentiasa di kalangan kamu ada golongan yang berjaya (dalam perjuangan mereka), sehingga sampailah suatu saat yang dikehendaki oleh Allah swt. Mereka sentiasa berjaya". (H.R. Bukhari)



Keterangan

Allah swt. telah menjadikan umat Islam ini umat yang terakhir sekali. Oleh itu Allah swt. berjanji akan memelihara kitabnya (al-Quran) dan memastikan lahirnya generasi demi generasi yang akan memikul tugas dakwah hingga tetap wujud golongan mukminin dipermukaan bumi ini.

Kalau kita meneliti sejarah umat Islam mulai zaman permulaan penyebarannya hingga ke hari ini, kita akan mendapati bahawa umat Islam telah teruji sepanjang sejarah dengan ujian yang berat-berat. Ujian itu bermula dari golongan musyrikin di Mekah dan munafiqin, Yahudi dan Nashrani di Madinah seterusnya gerakan riddah, Majusi yang berselimutkan Islam, golongan Bathiniyah, pengaruh falsafah dan pemikiran Yunani, serangan bangsa Moghul dan bangsa Tatar yang menghancurkan tamddun Baghdad pada pertengahan abad keenam Hijrah. Begitu pula halnya dengan penyembelihan beramairarnai terhadap kaum Muslimin ketika berlakunya kejatuhan kerajaan Islam di Andalus (Sepanyol) dan seterusnya disambung dengan pengaruh-pengaruh imperialis Barat terhadap dunia Islam, gerakan Zionis Yahudi dan missionary Nashrani yang mempunyai alatan dan kemudahan yang banyak dan seterusnya serangan disegi pemikiran dan kebudayaan dan sebagainya dan sebagainya Walaupun ujian yang sangat dahsyat melanda umat Islam di sepanjang sejarah namun mereka masih wujud dan masih lagi mempunyai identiti dan peranan yang hebat di dalam peta dunia di hari ini.

Walaupun di hari ini ada di kalangan umat Islam yang tidak mengambil berat tentang agama mereka tetapi masih ada golongan yang bersungguh-sungguh untuk mempelajari agama dan memperjuangkannya. Walau pun ramai di kalangan umat Islam yang telah hancur moral dan akhlaknya tetapi masih ada lagi golongan yang berakhlak tinggi dan berpekerti luhur. Walaupun syi'ar-syi'ar Islam diinjak-injak di sebahagian tempat tetapi di tempat lain syi'ar-syi'ar Islam masih lagi gagah dan teguh. Walau pun aktivis-aktivis Islam ditindas dan diseksa pada suatu tempat tetapi di tempat lain mereka akan disanjung dan dihormati. Begitulah seterusnya umat Islam tidak akan lenyap dari permukaan bumi ini hinggalah sampai pada masa yang dikehendaki oleh Allah swt. Maka pada masa itu Allah swt. akan mematikan semua orang-orang Islam dengan tiupan angin yang mematikan setiap jiwa yang beriman dan yang tinggal setelah itu hanyalah orang-orang yang jahat atau orang kafir, maka pada saat itulah akan berlaku hari qiamat.


PENYAKIT UMAT-UMAT DAHULU

Ertinya:
Dan pada Abu Hurairah r.a. katanya: Aku mendengar RasuIullah saw. bersabda, "Umat ku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pernah menimpa umat-umat dahulu". Sahabat bertanya, "Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?" Nabi saw. menjawab, "Penyakit-penyakit itu ialah (1) terlalu banyak seronok, (2) terlalu mewah, (3) menghimpun harta sebanyak mungkin, (4) tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, (5) saling memarahi, (6) hasut menghasut sehingga jadi zalim menzalim". (H.R. Hakim)



Keterangan

Penyakit-penyakit yang disebutkan oleh Rasulullah saw. tadi telah banyak kita lihat di kalangan kaum muslimin di hari ini. Di sana sini kita melihat penyakit ini merebak dan menjalar dalam masyarakat dengan ganasnya. Dunia Islam dilanda krisis rohani yang sangat tajam dan meruncing. Dengan kekosongan rohani itulah mereka terpaksa mencari dan menimbun harta benda sebanyak-banyaknya untuk memuaskan hawa nafsu. Maka apabila hawa nafsu diperturutkan tentunya mereka terpaksa menggunakan segala macam cara dan tipu helah. Di saat itu, hilanglah nilai-nilai akhlak dan yang wujud hanyalah kecurangan, khianat, hasud-menghasud dan sebagainya.

Marilah kita merenung maksud hadis ini, dan marilah kita bermuhasabah!


ISLAM KEMBALI DAGANG

Ertinya:
Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah saw, "Islam mula tersebar dalam keadaan dagang (asing). Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglah orang orang yang asing". (H.R. Muslim)



Keterangan

Islam mulai tersebar di Mekkah dengan keadaan yang sangat asing dan dagang. Sangat sedikit penganut dan pendukungnya kalau dibandingkan dengan penentangnya. Kemudian setelah itu Islam tersebar ke seluruh pelusuk dunia sehingga dianuti oleh dua pertiga penduduk dunia. Kemudian Islam kembali asing dan dirasa ganjil dari pandangan dunia, bahkan pada pandangan orang Islam sendiri.

Sebahagian daripada orang Islam merasa ganjil dan pelik bila melihat orang Islam yang iltizam (komitmen) dengan Islam dan cuba mengamalkan tuntutan Islam yang sebenar. Seorang yang iltizam dengan Islam dipandang sepi oleh masyarakat dan terlalu susah untuk diterima sebagai individu yang sihat. Contohnya, kalau ada sesuatu program kemasyarakatan kemudian masuk waktu sembahyang, tiba-tiba ada seorang yang meminta diri untuk menunaikan sembahyang, maka tindakan ini dianggap tidak sopan dan kurang wajar. Sedangkan orang yang tidak bersembahyang sambil bersenda-senda ketika orang lain bersembahyang tidak dianggap sebagai perbuatan yang salah dan terkutuk.

Begitulah seterusnya nasib lslam di akhir zaman. Ia akan terasing dan tersisih dari masyarakat, bahkan tersisih dari pandangan orang Islam sendiri yang rnengaku sebagai umat Islam dan marah apabila dikatakan yang dia bukan orang Islam.


BAHAYA KEMEWAHAN

Ertinya:
Daripada Ali bin Abi Thalib r.a., "Bahawasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah saw. di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus'ab bin Umair r.a. dan tiada di atas badannya kecuali hanya sehelai selendang yang bertampung dengan kulit. Tatkala Rasulullah saw.melihat kepadanya Baginda menangis dan menitiskan air mata kerana mengenangkan kemewahan Mus'ab ketika berada di Mekkah dahulu (kerana sangat dimanjakan oleh ibunya) dan kerana memandang nasib Mus'ab sekarang (ketika berada di Madinah sebagai seorang Muhajirin yang terpaksa meninggalkan segala harta benda dan kekayaan diMekkah). Kemudian Nabi Muhammad saw. bersabda, "Bagaimanakah keadaan kamu pada suatu saat nanti, pergi di waktu pagi dengan satu pakaian, dan pergi di waktu petang dengan pakaian yang lain pula. Dan bila diangkatkan satu hidangan diletakan pula satu hidangan yang lain. Dan kamu menutupi (menghias) rumah kamu sepertimana kamu memasang kelambu Ka'bah?". Maka jawab sahabat, "Wahai Rasulullah, tentunya di waktu itu kami lebih baik daripada di hari ini. Kami akan menberikan penumpuan kepada masalah ibadat sahaja dan tidak usah mencari rezeki". Lalu Nabi saw. bersabda, "Tidak! Keadaan kamu di hari ini adalah lebih baik daripada keadaan kamu di hari itu". (H.R. Termizi)



Keterangan

Dalam hadis ini Nabi kita Muhammad saw. menerangkan bahawa umatnya pada suatu masa kelak akan mendapat kekayaan dan kelapangan dalam kehidupan. Pagi petang pakaian silih berganti. Hidangan makanan tak putus-putus. Rumah-rumah mereka tersergam indah dan dihias dengan bermacam-macam perhiasan. Dalam keadaan demikian kita juga mungkin akan berkata seperti perkataan sahabat. Di mana, kalau semuanya sudah ada, maka senanglah hendak membuat ibadat. Tetapi Nabi kita Muhammad saw. mengatakan, "Keadaan serba kekurangan itu adalah lebih baik untuk kita”, ertinya lebih memungkinkan kita untuk beribadat.

Kemewahan hidup banyak menghalang seseorang dari berbuat ibadat kepada Allah swt., sepertimana yang berlaku di hari ini. Segala yang kita miliki kalaupun tidak melebihi keperluan, namun ianya sudah mencukupi Tetapi, bila dibanding dengan kehidupan para sahabat, kita jauh lebih mewah daripada mereka, sedangkan ibadat kita sangat jauh ketinggalan. Kekayaan dan kemewahan yang ada, selalu menyibukkan kita dan menghalang dari berbuat ibadah. Kita sibuk menghimpun harta dan juga sibuk menjaganya serta sibuk untuk rnenambah lebih banyak lagi. Tidak ubah seperti apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw., "Seandainya seorang anak Adam itu telah mempunyai satu jurang emas, dia berhasrat untuk mencari jurang yang kedua, sehinggalah ia dimasukkan ke dalam tanah (menemui kematian)".

Begitulah gambaran yang sebenar terhadap kehaloban manusia dalam menghimpun harta kekayaan. Ia sentiasa mencari dan menambah, sehinggalah ia menemui kematian, Maka ketika itu, barulah ia sedarkan dirinya dengan seribu satu penyesalan. Tetapi di saat itu sudah tidak berguna lagi penyesalan. OIeh itu janganlah kita lupa daratan dalam mencari harta kekayaan. Tidak kira halal atau haram, yang penting dapat harta. Tidak kira waktu sembahyang, bahkan semua waktu digunakan untuk menimbun kekayaan. Biarlah kita mencari mata benda dunia pada batas-batas keperluan. Kalau berlebihan bolehlah digunakan untuk menolong orang lain yang kurang bernasib baik, suka menderma dan suka bersedekah, sebagai simpanan untuk hari akhirat kelak. Orang yang bijak adalah orang yang mempunyai perhitungan untuk masa akhiratnya dan ia menjadikan dunia ini tempat bertanam dan akhirat tempat memetik buahnya.


UMAT ISLAM MEMUSNAHKAN ORANG ORANG YAHUDI

Ertinya:
Daripada Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah akan berlaku qiamat, sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sehingga kaum Yahudi itu bersembunyi di sebalik batu dan pohon kayu, lalu batu dan pohon kayu itu berkata, (Hai orang Islam, inilah orang Yahudi ada dibelakang saya. Kemarilah!l Dan bunuhlah ia!", kecuali pohon gharqad (semacam pohon yang berduri), kerana sesungguhnya pohon itu adalah dari pohon Yahudi (oleh sebab itulah ia melindunginya)". (H.R. Bukhari Muslim)



Keterangan

Hadis ini memberikan harapan yang sangat besar kepada kaum Muslimin dan menjanjikan kemenangan mereka dalam memerangi orang-orang Yahudi. Jadi walaupun orang-orang Yahudi merancang dan berusaha sedaya upaya untuk membunuh dan rnenyesatkan umat Islam, namun akhirnya kaum Yahudi akan binasa juga di dalam kepungan umat Islam. Umat Islam akan membunuh dan menghapuskan semua kaum Yahudi yang ada di permukaan bumi ini dan umat Islam akan ditolong oleh makhluk-makhluk Allah yang lain, sehinggakan batu dan pohon kayu pun akan memberi penolongan kepada mereka.


SIFAT AMANAH AKAN HILANG SEDIKIT DEMI SEDIKIT

Ertinya:

Daripada Huzaifah bin AI-Yaman r.a. katanya, "Rasulullah saw. pernah memberitahu kami dua buah hadis (mengenai dua kejadian yang akan berlaku). Yang pertama sudah saya lihat sedang yang kedua saya menanti-nantikannya. Rasulullah saw. memberitahu bahawasanya amanat itu turun ke dalam lubuk hati orang-orang yang tertentu. Kemudian turunlah al-Quran. Maka orang-orang itu lalu mengetahuinya melalui panduan al-Quran dan mengetahuinya melalui panduan as-Sunnah. Selanjutnya Rasulullah saw. menceritakan kepada kami tentang hilangnya amanah, Ialu beliau bersabda, "Seseorang itu tidur sekali tidur, lalu diambillah amanah itu dari dalam hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya seperti bekas yang ringan sahaja. Kemudian ia tertidur pula, lalu diambillah amanah itu dari dalam hatinya, maka tinggallah bekasnya seperti lepuh di tangan (mengelembung di tangan dari bekas bekerja berat seperti menggunakan kapak atau cangkul). Jadi seperti bara api yang kau gillingkan dengan kaki mu, kemudian mengelembunglah ia dan engkau melihat ia meninggi, padahal tidak ada apa-apa". Ketika Rasulullah saw. menceritakan hadis ini beliau mengambil sebiji batu kecil (batu kerikil) Ialu menggilingkannya dengan kakinya.

"Kemudian berpagi-pagi (jadiIah) orang ramai berjual beli, maka hampir sahaja tiada ada seorang juga pun yang suka menunaikan amanah, sampai dikatakan orang bahawasanya di kalangan Bani Fulan (di kampung yang tertentu) itu ada seorang yang sangat baik memegang amanah, sangat terpercaya dan orang ramai mengatakan, "Alangkah tekunnya dalam bekerja, alangkah indahnya pekerjaannya, alangkah pula cerdik otaknya. Padahal di dalam hatinya sudah tiada lagi keimanan sekali pun hanya seberat timbangan biji sawi."

"Maka sesungguhnya telah sampai masanya saya pun tidak memperdulikan manakah di antara kamu semua yang saya hendak bermubaya’ah (berjual beli). Jikalau ia seorang Islam, maka agamanyalah yang akan mengembalikan kepada ku (maksudnya agamanyalah yang dapat menahannya dari khianat). Dan jikalau ia seorang Nashrani atau Yahudi, maka pihak yang bertugaslah yang akan menggembalikannya kepada ku (maksudnya jika dia seorang Nashrani atau Yahudi maka orang yang memegang kekuasaan / pemerintahlah yang dapat menbantu aku untuk mendapatkan semua hak-hak ku daripadanya.) Ada pun pada hari ini maka saya tidak pernah berjual beli dengan kamu semua kecuali dengan Fulan dan Fulan (orang-orang tertentu sahaja)". (H.R. Bukhari Muslim)



Keterangan

Hadis ini menunjukkan bahawa sifat amanah akan hilang secara beransur-ansur dan bilangan kaum Muslimin, sehinggalah sampai suatu saat nanti orang yang dianggap baik untuk menjaga amanat pun telah khianat pula.

Begitulah gambaran masyarakat kita hari ini. Ramai daripada kita terpedaya oleh seseorang yang pada zahirnya boleh memikul amanah, tetapi sebenarnya ia juga telah berlaku curang.


ORANG YANG BAIK BERKURANGAN SEDANG YANG JAHAT BERTAMBAH BANYAK

Ertinya:
Daripada Aisyah r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Tidak akan berlaku hari qiamat sehingga anak seseorang menjadi punca kemarahan (bagi ibu bapanya) dan hujan akan menjadi panas (hujan akan berkurang dan cuaca akan menjadi panas) dan akan bertambah ramai orang yang tercela dan akan berkurangan orang yang baik dan anak-anak menjadi berani melawan orang-orang tua dan orang yang jahat berani melawan orang-orang baik". (H.R. Thabrani)



Keterangan

Di antara tanda-tanda qiamat ialah:

Bila anak-anak merupakan punca kemarahan orang tuanya.

Bila hujan berkurangan, cuaca menjadi panas dan udara telah tercemar.

Orang jahat bertambah ramai dan galakan untuk membuat kejahatan sangat banyak.

Orang yang berbuat kebaikan sedikit dan tidak mendapat kemudahan yang sewajarnya.

Anak-anak sudah berani melawan orang tuanya.

Orang-orang yang jahat berani melawan orang-orang yang baik dan tidak segan terhadap mereka.

Nampaknya corak masyarakat kita pada hari ini tidak banyak bezanya dari apa yang disebutkan oleh Rasulullah saw. Setiap hari kita melihat kebenaran daripada apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw.

Kita berdoa, mudah-mudahan Allah swt. menyelamatkan kita dan anak cucu kita dari tergolong di kalangan mereka yang disebutkan tadi.


DIMANAKAH PUNCA KEBINASAAN SESEORANG

Ertinya:
Daripada Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Selagi akan datang suatu masa di mana orang yang beriman tidak akan dapat menyelamatkan imannya, kecuali bila ia lari membawanya dari suatu puncak bukit ke puncak bukit yang lain dan dari suatu lubang kepada lubang yang lain. Maka apabila zaman itu telah terjadi, segala pencarian (pendapatan kehidupan) tidak dapat dicapai kecuali dengan perkara yang membabitkan kemurkaan Allah swt. Maka apabila ini telah terjadi, kebinasaan seseorang adalah berpunca dari menepati kehendak isterinya dan anak-anaknya. Kalau ia tidak mempunyai isteri dan anak, maka kebinasaannya adalah berpunca dari menepati kehendak kedua orang tuanya. Dan jikalau orang tuanya sudah tiada lagi, maka kebinasaannya adalah berpunca dari menepati kehendak kaum kerabatnya (adik beradiknya sendiri) atau dari menepati kehendak jirannya". Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah saw., apakah maksud perkataan engkau itu ?" (kebinasaan seseorang dari kerana isterinya, atau anaknya, atau orang tuanya, atau keluarganya, atau jirannya); Nabi saw. menjawab, "Mereka akan mencelanya dan mengaibkannya dengan kesempitan kehidupannya. Maka dari kerana itu ia terpaksa melayan kehendak mereka dengan menceburkan dirinya dijurang-jurang kebinasaan yang akan menghancurkan dirinya". (H.R. Baihaqi)



Keterangan

Benar sekali sabdaan Rasulullah saw. ini. Ramai orang yang mengetahui perkara-perkara yang diharamkan dalam agama tetapi terpaksa juga mereka menceburkan diri ke dalam lumpur kema'siatan untuk melayan kehendak isteri, anak, orang tuanya, keluarga ataupun jiran mereka.


DUA GOLONGAN YANG AKAN MENJADI PENGHUNI NERAKA

Ertinya:
Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni Neraka yang belum lagi aku melihat mereka. Pertama, golongan (penguasa) yang mempunyai cemeti-cemeti bagaikan ekor Iembu yang digunakan untuk memukul orang. Kedua, perempuan yang berpakaian tetapi bertelanjang, berlenggang lenggok waktu berjalan, menghayun-hayunkan bahu. Kepala mereka (sanggul di atas kepala mereka) bagaikan bonggol (goh) unta yang senget. Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya. Sesungguhnya bau wangi syurga itu sudah tercium dari perjalanan yang sangat jauh daripadanya". (H.R. Muslim)



Keterangan

Kebenaran sabdaan Rasulullah saw. ini dapat kita lihat dari realiti masyarakat yang ada pada hari ini. Ada golongan yang suka memukul orang dengan cemeti tanpa soal-siasat, bertindak kepada manusia dengan hukum rimba. Dan ramai perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi bertelanjang. Maksudnya, kalau kita hendak katakan berpakaian pun boleh, kerana masih ada secarik kain di atas badan, dan kalau kita hendak katakan bertelanjang pun boleh, kerana walau pun berpakaian tetapi hanya dengan secarik kain sahaja, maka samalah dengan bertelanjang. Atau pun ia berpakaian dengan pakaian yang sangat tipis sehingga menampakkan warna kulit dan mencorakkan bentuk aurat. Kemudian berjalan sambil menghayun-hayunkan badan dengan sanggul yang besar, seperti gob unta.

Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk ke dalam syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya, walaupun semerbak wanginya telah tercium dari jarak perjalanan selama 500 tahun sebelum sampai kepadanya.


ZAMAN DIMANA ORANG TAK PEDULIKAN DARI MANA MENDAPATKAN HARTA

Ertinya:
Daripada Abu Hurairah r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw, "Akan datang suatu zaman seseorang tidak memperdulikan dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal atau pun haram". (H.R. Muslim)



Keterangan

Di zaman sekarang ini merupakan zaman ketandusan rohani dan zaman materialisme, segala sesuatu adalah bernilai dengan nilai harta. Manusia cakar mencakar untuk memperolehi sebanyak mungkin harta kekayaan. Mereka tidak memperdulikan dari mana datangnya harta yang diperolehi, apakah dari sumber yang halal atau dari sumber yang haram. Yang penting, harta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kehendak nafsu atau pun untuk melayan kehendak isteri atau anak-anak mereka.


HARTA RIBA' WUJUD DI MERATA TEMPAT

Ertinya:
Daripada Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang juga pun kecuali ia terlibat dalam memakan harta riba. Kalau ia tidak memakan secara langsung, ia akan terkena juga debu-debunya". (H.R. Ibnu Majah)



Keterangan

Hadis sabdaan Rasulullah saw. ini sangat jelas di hadapan mata kita pada hari ini.


ORANG MEMINUM KHAMAR DAN MENAMAKANNYA BUKAN KHAMAR

Ertinya:
Daripada Abu Malik Al-Asy'ari r.a. bahawasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ada sebahagian dari umatku yang akan meminum thamar dan mereka menamanya dengan nama yang lain (mereka meminum) sambil dialunkan dengan bunyi muzik dan suara artis-artis. Allah swt. akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi (dengan gempa) dan Allah swt. akan merobah mereka menjadi kera atau babi". (H.R. Ibnu Majah)



Keterangan

Maksudnya, akan ada di kalangan orang Islam ini yang meminum khamar dan mereka mengatakan bahawa yang diminum itu bukanlah khamar. Ia hanyalah sejenis minuman yang dapat menyegarkan badan atau yang dapat menghilangkan dahaga. Mereka akan memberikan suatu nama kepada minuman ini yang menunjukkan bahawa ia bukan khamar, tetapi sebenamya ia adalah khamar yang telah diharamkan oleh syara'.

Kemudian, menjadi kelaziman pula, suasana mabuk itu akan disertai dengan alunan muzik dan juga nyanyian artis-artis kenamaan.

Rasulullah saw. menerangkan bahawa golongan ini akan ditimpa gempa bumi atau tubuh badan mereka diubah kepada bentuk kera atau babi.

Sangat benar sabdaan Junjungan Besar Nabi saw. ini. Gempa bumi demi gempa bumi yang berlaku di beberapa tempat di dunia ini sebagai satu seksaan daripada Allah swt. dan jikalau golongan ini belum sampai keperingkat diubah bentuk badan mereka menjadi kera dan babi tetapi perangai dan cara hidup mereka sudah banyak menyerupai perangai dan cara hidup kera dan babi.

Kenapa Aku Diuji? Al Qur'an Menjawab

KENAPA AKU DIUJI?

"Apakah manusia itu mengira bahawa
mereka dibiarkan saja
mengatakan; "Kami telah beriman,"
sedangkan mereka tidak diuji? Dan
sesungguhnya kami telah menguji org2
yg sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui org2 yg benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg
dusta."
-Surah Al-Ankabut ayat 2-3

KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-
IDAMKAN?
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi pula kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui."
-Surah Al-Baqarah ayat 216

KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
"Allah tidak membebani seseorang itu
melainkan sesuai dengan
kesanggupannya."
-Surah Al-Baqarah ayat 286

RASA FRUST?
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah pula kamu bersedih hati,
padahal kamulah org2 yg paling tinggi
darjatnya, jika kamu orang-orang yg
beriman."
- Surah Al-Imran ayat 139

BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?
"Wahai orang-orang yang beriman!
Bersabarlah kamu (menghadapi segala
kesukaran dalam mengerjakan perkara-
perkara yang berkebajikan), dan
kuatkanlah kesabaran kamu lebih
daripada kesabaran musuh, di medan
perjuangan), dan bersedialah (dengan
kekuatan pertahanan di daerah-daerah
sempadan) serta bertaqwalah kamu
kepada Allah supaya, kamu berjaya
(mencapai kemenangan)."
-Surah Al-Imran ayat 200

"Dan mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan jalan sabar dan
mengerjakan sembahyang; dan
sesungguhnya sembahyang itu amatlah
berat kecuali kepada orang-orang yang
khusyuk"
-Surah Al-Baqarah ayat 45

APA YANG AKU DAPAT DRPD SEMUA INI?
"Sesungguhnya Allah telah membeli dr
org2 mu'min, diri, harta mereka dengan
memberikan syurga utk mereka... ..

-Surah At-Taubah ayat 111


KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada
Tuhan selain drNya. Hanya kepadaNya
aku bertawakkal."
-Surah At-Taubah ayat 129

AKU DAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!
"... ..dan jgnlah kamu berputus asa
drp rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah
melainkan kaum yg kafir."
-Surah Yusuf ayat 12


p/s:

(senyum pada diri sndri..)
Nikmat Tuhan yang manakah yang hndk
kamu dustakan??

"Sesungguhnya Al-Quran itu Syifa'..
Penyembuh segala Duka..
Pengubat segala Rasa..
Penawar segala-gaLanya"

subhanaLLAH....
segala persoalan terjawab...
'maka mengapa kamu tidak berfikir?' -al-baqarah-

Thursday, 19 April 2012

Pelaburan Emas


PELABURAN EMAS AR-RAHNU
PELABURAN EMASBERDASARKAN SISTEM SYARIAH
MEMANGMENGUNTUNGKAN!!
PROGRAM AR RAHNU


2 skim pelaburan disediakan:-
(Contoh 100g emas)

(1)Simpanan sendiri :-
(i)Syarikat akan membayar hibah RM100setiap bulan kepada pelabur selama 6 bulan mengikut kontrak.
(ii)Para pelabur boleh renew kontraktersebut dan syarikat akan meneruskan pembayaran hibah. RM100 diperlukan bagisetiap renewal kontrak.


(2)Simpanan Ar-Rahnu di Bank Rakyat atauBank Agro(Pertanian):-
(i)Syarikat akan membayar hibah RM 300setiap bulan kepada para pelabur selama 6 bulan mengikut kontrak
(ii)Para pelabur boleh renew kontraktersebut dan syarikat akan meneruskan pembayaran hibah. RM100 diperlukan bagisetiap renewal kontrak.


BAGAIMANA PARAPELABUR MENDAPAT KEUNTUNGAN??

Simpanan Ar-Rahnudi Bank Rakyat atau Bank Agro(Pertanian)
Katakan hargaemas semasa adalah RM 102.11 per gram.

•Para pelabur membeli emas 999.9 iaitu100g mengikut harga semasa dari syarikat.
•Para pelabur membawa emas itu ke ArRahnu Bank Rakyat
•Kita tengok mereka uji-kita tengokmereka timbang
•Syarikat akan tambah lagi 200g emasuntuk disimpan bersama emas para pelabur.
•Selepas di uji dan di timbang, bankakan keluarkan Sijil Ar-Rahnu atas nama para pelabur.
•Para pelabur perlu cagarkan kesemuaemas tersebut dan sebanyak 65% wang gadaian itu diambil oleh syarikat untukmodal pusigan dan mengembangkan syarikat.
•Dengan ini, syarikat akan membayarkepada para pelabur sebanyak RM 300 sebulan selama 6 bulan.
•Selepas tamat kontrak (6 bulan), parapelabur boleh renew kontrak tersebut dan syarikat akan membayar RM 300 setiapbulan.
•Para pelabur boleh terus renewkontrak setiap kali kontrak tamat dan tiada tempoh maksimum.
•Para pelabur juga boleh menjual semulakepada syarikat setiap kali tamat tempoh kontrak dan para pelabur bolehmendapat keuntungan daripada jualan emas mengikut harga pasaran.


CONTOH PENGIRAANKEUNTUNGAN BERDASARKAN MODAL SENDIRI:

1)JADUAL KEUNTUNGAN:-

BERAT(g) SEBULAN 6 BULAN
1 X 100g------RM 300--------RM 1,800
2 X 100g------RM 600--------RM 3,600
3 X 100g------RM 900--------RM 5,400
4 X 100g------RM 1,200------RM 7,200
5 X 100g------RM 1,500------RM 9,000
6 X 100g------RM 1,800-----RM10,800
7 X 100g------RM 2,100-----RM12,600
8 X 100g------RM 2,400-----RM14,400
9 X 100g------RM 2,700-----RM16,200
10 X 100g-----RM 3,000-----RM18,000

Katakan hargaemas semasa adalah RM 102.11 per gram = RM 10,211.00

KeuntunganSetahun:
RM 300 X 12 BULAN = RM 3600.00

PeratusKeuntungan Setahun:
(RM 3,600 / RM10,211) X 100% = 35.26%

2) KEUNTUNGAN NILAI FIZIKAL SIMPANAN EMAS

Katakan belianemas pada 5/5/08 dan harga emas semasa adalah RM 102.11 per gram = RM 10,211.00

ara pelabur boleh membuat tuntutansetiap kali berlaku kenaikan harga pada nilai fizikal simpanan emas iaitu dipanggil redemption.

PERBANDINGANPELABURAN EMAS DAN LAIN-LAIN PELABURAN

JENISPELABURAN--KEUNTUNGAN(%)/TAHUN--CATATAN
FIXEDDEPOSIT----3 - 4-----TIADA RISIKO
TABUNG HAJI----3 - 5-----TIADA RISIKO
ASB--------------7- 9-------TIADA RISIKO
UNITAMANAH------------10 - 15--------------- RISIKO BOLEH DIURUSKAN
INTERNET----------------150 - 200------------ SANGAT BERISIKO TINGGI
BSKL---------------------200 – 400-----------RISIKO TINGGI
FOREX------TIADA HAD------ SANGAT BERISIKO TINGGI
EMAS------------35.26----------------TIADA RISIKO DAN 100 % JAMINAN MODALDIPULANGKAN


TIADA RISIKO

Setiap 100g emas yang andasimpan,syarikat akan memberi 200g emas untuk dicagarkan bersama 100g emasanda.Maka,keseluruhannya 300g.
Kesemua emas ini di atas nama anda, maka300g ini adalah milik para pelabur.
Sekiranya syarikat tidak dapat membayarcagaran tersebut kepada pihak bank, maka anda boleh ambil kesemua emastersebut.

100 % JAMINANMODAL DIPULANGKAN

Apabila para pelabur ingin menjualsemula emas mereka, maka syarikat akan membeli pada harga semasa sekiranyaharga semasa lebih tinggi daripada harga belian para pelabur.Atau syarikat akanmembeli pada harga belian anda sekiranya harga semasa lebih rendah dari hargabelian para pelabur.


BAGAIMANA SYARIKATMEMBUAT KEUNTUNGAN??

•Emas yang dibeli oleh syarikat daripengedar Asia (MKS) adalah lebih murah daripada harga semasa kerana beliandalam kuantiti yang banyak.
•Sebanyak 65% wang gadaian ataskeseluruhan emas akan dikeluarkan oleh Ar-Rahnu dan diambil oleh syarikat bagimodal pusingan dan pelaburan-pelaburan lain untuk memantapkan dan memajukanlagi syarikat.

PINJAMANDISEDIAKAN BAGI MEREKA YANG TIADA SIMPANAN UNTUK MEMBUAT SIMPANAN!!

Ansuran bulanan rendah dan boleh dibayarmenggunakan keuntungan (hibah).
CCRISS dan CTOS boleh memohon keranaanda pasti boleh bayar ansuran bulanan tersebut.(koperasi)
injaman sehingga 15 kali gaji.
Dokumen yang mudah
Tanpa cagaran dan penjamin

CONTOH PENGIRAANKEUNTUNGAN BERDASARKAN PINJAMAN PERIBADI:

JADUAL PEMBAYARANPINJAMAN DAN SIMPANAN EMAS AR-RAHNU:-

PINJAMAN---SIMPANANEMAS/---TEMPOH PINJAMAN---ANSURAN BULANAN---BAKI PINJAMAN---UNTUNG BERSIH
RM 15,000---RM10,211 - 100g-------120 BULAN------------RM 204---------------RM4,789--------------RM96

RM 30,000---RM20,422 - 200g-------120 BULAN------------RM 408---------------RM9,578-------------RM 192

RM 50,000---RM40,844 - 400g-------120 BULAN------------RM 680---------------RM9,156-------------RM 520

RM 100,000--RM 91,899 - 900g-------120BULAN------------RM 1,359-------------RM 8,101-------------RM 1341

-Faedah pinjamanadalah 6.3% setahun (BSN)
-Hibah/ untungdiberikan setiap bulan RM 300 bagi setiap 100g.

-------------------------------------------
Majlis Fatwa : Syarat-syarat Pelaburan Emas

Oleh

Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia

http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/parameter-pelaburan-emas



Keputusan:

Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia Kali Ke-96 yang bersidang pada 13-15 Oktober 2011 telah membincangkan mengenai Parameter Pelaburan Emas. Muzakarah telah membuat keputusan seperti berikut:

Setelah mendengar taklimat dan penjelasan daripada Y. Bhg. Prof. Dr. Ashraf Md. Hashim dan Y. Bhg. Ustaz Lokmanulhakim bin Hussain daripada Akademi Penyelidikan Syariah Antarabangsa Dalam Kewangan Islam (ISRA), Muzakarah bersetuju menerima dan memperakukan Parameter Pelaburan Emas seperti berikut:



Harga Belian (al-Thaman)



1. Harga belian (al-Thaman) hendaklah diketahui dengan jelas oleh kedua-dua pihak yang berakad ketika sesi jual beli.



Barang Belian (al-Muthman)



2. Barang belian (al-Muthman) hendaklah suatu yang wujud, dan dimiliki sepenuhnya oleh pihak yang menjual ketika berlangsungnya kontrak jual beli. Oleh itu, jual beli suatu yang tidak wujud secara fizikalnya dan juga jual beli suatu yang tidak dimiliki oleh pihak yang menjualnya adalah tidak sah.



3. Barang belian (al-Muthman) hendaklah suatu yang boleh diserahkan kepada pembeli atau wakilnya. Jika barang belian tidak dapat diserahkan kepada pembeli, ataupun penjual mensyaratkan tidak menyerahnya kepada pembeli, maka akad tersebut tidak sah.



4. Barang belian (al-Muthman) hendaklah suatu yang diketahui oleh kedua-dua pihak yang berakad ketika sesi jual beli. Ia boleh terlaksana melalui kaedah-kaedah di bawah:



i. Melihat sendiri barangan yang hendak dibeli ketika akad jual beli, atau sebelum akad jual beli dalam tempoh yang tidak menjejaskan sifat-sifatnya.



ii. Melihat sampel barangan yang hendak dijual beli. Ini biasanya berlaku semasa proses pemesanan sebelum akad dilaksanakan.



iii. Menentukan sifat-sifat dan kadar barang belian secara terperinci yang secara urufnya tidak menimbulkan pertikaian. Dalam konteks emas, penentuannya adalah dengan mengenalpasti tahap ketulenan emas samada mengikut standard lama berasaskan karat (seperti emas 24 karat), atau standard baru berasaskan peratusan (seperti emas 999). Penentuan sifat juga mestilah mencakupi bentuk emas, samada dalam bentuk syiling, wafer, jongkong dan sebagainya. Timbangan emas secara tepat juga adalah suatu yang disyaratkan dalam penentuan sifat emas.



Sighah



5. Sighah dalam jual beli adalah suatu yang menunjukkan kepada keredhaan kedua-dua pihak untuk memetrai kontrak jual beli. Ia boleh berlaku samada melalui pertuturan, atau suatu yang boleh mengambil hukum pertuturan seperti tulisan dan seumpamanya. Manakala jual beli secara Mu’ataah (serah-hulur) juga adalah dikira sebagai sighah yang muktabar oleh sebahagian fuqaha’.



6. Di dalam sighah jual beli tidak boleh dimasukkan unsur penempohan. Contohnya, seseorang mengatakan, ” Saya menjual barangan ini kepada kamu dengan harga RM100 untuk selama tempoh setahun”.



7. Ijab dan qabul mestilah bersepadanan dan menepati antara satu sama lain dari sudut ciri-ciri dan kadarnya.



Syarat Khusus Jual Beli Emas Yang Bercirikan Item Ribawi



10. Oleh kerana emas dan wang adalah dua item ribawi yang mempunyai illah yang sama, maka syarat tambahan bagi transaksi pembelian atau penjualan emas mestilah memenuhi syarat berikut:



i. Berlaku taqabudh (penyerahan) antara kedua-dua item yang terlibat dalam transaksi sebelum kedua-dua pihak bertransaksi berpisah daripada majlis akad.



ii. Jual beli emas hendaklah dijalankan secara lani, dan tidak boleh berlaku sebarang penangguhan.



Syarat-syarat tersebut adalah khas bagi emas yang bercirikan item ribawi, seperti emas jongkong dan syiling emas. Syarat ini tidak termasuk barang perhiasan emas kerana ia telah terkeluar daripada illah ribawi.



Perincian taqabudh dan urusniaga lani adalah seperti berikut:



Syarat Pertama: Taqabudh



11. Taqabudh (penyerahan) hendaklah berlaku terhadap kedua-dua item jual beli iaitu harga dan juga barang belian (emas), dan ia hendaklah terlaksana sebelum kedua-dua pihak berpisah daripada majlis akad.



12. Penyerahan harga boleh dilakukan melalui kaedah-kaedah berikut:



a. Pembayaran secara tunai

b. Pembayaran secara cek yang diperakui (seperti banker’s cheque)

c. Pembayaran secara cek peribadi

d. Pembayaran secara kad debit

e. Pembayaran secara kad kredit

f. Pemindahan wang daripada akaun simpanan atau semasa.



Secara urufnya, kesemua bentuk bayaran di atas kecuali (c) adalah dianggap sebagai pembayaran tunai oleh penjual. Pembayaran melalui kad kredit masih lagi dianggap tunai kerana pihak penjual akan mendapatkan harga jualan secara penuh dari pihak yang mengeluarkan kad kredit tersebut. Hutang yang berlaku, jika ada, adalah di antara pemegang kad dengan pengeluar kad dan bukannya dengan penjual barangan.



Status tunai ini masih lagi diterima secara urufnya oleh penjual walaupun pada hakikatnya pihak penjual akan menerima secara fizikal atau dimasukkan ke dalam akaunnya beberapa hari selepas transaksi berlaku.



13. Penyerahan barang belian (emas) hendaklah berlaku secara penyerahan hakiki ataupun kaedah muktabar yang boleh menggantikan penyerahan hakiki. Penyerahan barang belian yang muktabar akan membawa kesan sama seperti penyerahan hakiki, iaitu:



a. Berpindah dhaman (tanggungjawab jaminan) daripada penjual kepada pembeli.

b. Kemampuan pembeli untuk mendapatkan barang beliannya pada bila-bila masa tanpa ada halangan.



14. Majlis akad di dalam transaksi jual beli boleh berlaku dengan pertemuan secara fizikal, ataupun secara maknawi. Contoh majlis akad secara maknawi ialah ijab dan qabul melalui telefon, sistem pesanan ringkas (sms), emel, faksimili dan lain-lain. Tetapi disyaratkan dalam semua bentuk majlis akad tersebut, hendaklah berlaku taqabudh ketika majlis akad, contohnya melalui penyerahan secara wakalah.



Perlu diberi perhatian bahawa majlis akad secara bertulis akan hanya bermula apabila ianya diterima oleh pihak yang berkontrak. Contohnya, pembeli menandatangani akad jual beli dan kemudian menghantarnya melalui pos kepada penjual. Selepas tiga hari, akad tersebut sampai ke tangan penjual. Maka majlis akad bermula pada waktu tersebut, jika pihak penjual bersetuju, maka akad tersebut perlu disempurnakan oleh penjual dengan menandatanganinya, dan barang belian hendaklah diserahkan kepada pembeli secara hakiki atau hukmi.



Syarat Kedua: Secara Lani



15. Transaksi jual beli emas hendaklah berlaku secara lani dan tidak boleh dimasuki sebarang unsur penangguhan, samada dalam penyerahan harga atau dalam penyerahan emas.



16. Penangguhan penyerahan harga yang tidak dibenarkan adalah meliputi pembelian secara hutang secara keseluruhannya atau pembelian secara bayaran ansuran.



17. Kelewatan penyerahan emas yang melebihi tempoh tiga hari selepas akad jual beli dimeterai adalah tidak dibenarkan sama sekali.



Manakala bagi kelewatan penyerahan emas dalam tempoh kurang daripada tiga hari, Muzakarah mengambil maklum bahawa terdapat perbezaan pandangan ulama di dalam hal ini. Namun Muzakarah lebih cenderung untuk mengambil pakai pendapat yang tidak membenarkan berlakunya kelewatan walaupun tempohnya kurang daripada tiga hari. Dengan kata lain, penyerahan emas mestilah di lakukan di dalam majlis akad tanpa ada penangguhan. Ini adalah kerana di dalam urusniaga emas, kelewatan tiga hari bukanlah suatu uruf, berbeza dengan isu tukaran matawang asing.



Di dalam pertukaran mata wang asing, tempoh T+2 diperlukan kerana ianya melalui proses tertentu yang melibatkan tempoh masa bekerja yang berbeza antara negara, perpindahan wang elektronik, clearing house dan lain-lain lagi. Proses-proses yang disebutkan ini tidak terdapat di dalam perniagaan jual beli emas fizikal. Maka adalah tidak tepat untuk membuat qiyas ke atas proses pertukaran matawang asing.



Namun secara praktikal, pihak penjual akan menyerahkan emas selepas amaun bayaran yang dibuat melalui cek dan sebagainya dikreditkan ke dalam akaunnya. Proses ini biasanya akan mengambil masa tiga hari bekerja. Di dalam menangani tempoh antara penyerahan cek dan penerimaan emas, maka pihak penjual dan pembeli bolehlah mengambil pakai aturan berikut:



Pihak pembeli akan hanya membuat pesanan (order) kepada penjual dengan dinyatakan jenis dan berat emas yang ingin dibelinya. Pesanan ini akan disertai dengan pengiriman wang ke akaun penjual. Pada tahap ini, perkara berikut perlu diberi perhatian:



i. Pada peringkat ini, akad jual beli emas masih belum berlaku.



ii. Wang yang berada di dalam akaun penjual masih lagi bukan milik penjual tersebut. Ianya masih milik pembeli dan disimpan sebagai amanah oleh penjual. Di dalam hal ini, adalah lebih baik jika satu akaun khas yang bersifat amanah (trust account) dibuka oleh penjual.



iii. Emas masih lagi kekal menjadi milik penjual dan ia bertanggungjawab penuh ke atas emas milikannya itu.



iv. Di dalam peringkat ini, pembeli masih boleh membatalkan pesanan yang dibuat dan penjual hendaklah memulangkan wang kepada pembeli. Namun, jika berlaku kerugian sebenar disebabkan pembatalan tersebut, bolehlah dibuat syarat bahawa ia perlu ditanggung oleh pembeli. Contohnya, pembeli membuat pesanan 100gm emas 999 dengan harga RM20,000. Ketika ini, pihak penjual telah menyimpan emas tersebut dan tidak menjualkannya kepada pihak lain yang telah bersedia untuk membelinya. Selepas tiga hari, apabila penjual bersedia untuk membuat akad jual beli dan seterusnya menyerahkan emas tersebut kepada pembeli, pembeli membatalkan pesanannya. Pada hari tersebut harga emas telah jatuh kepada RM19,000. Dengan kata lain, penjual akan kerugian RM1,000 jika menjualnya kepada pihak lain. Di dalam hal ini, kerugian sebenar adalah sebanyak RM1000.



Apabila wang pesanan sudah diberi clearance oleh bank, maka akad jual beli perlu dilakukan. Wang di dalam trust account (jika ada) bolehlah dipindahkan ke akaun penjual dan emas hendaklah diserahkan kepada pembeli.



Akad Dan Unsur Sampingan



18. Penglibatan hibah dalam transaksi jual beli samada hibah dalam bentuk barangan ataupun wang tunai adalah dibenarkan jika mencukupi syarat-syarat hibah, dan tidak melibatkan unsur-unsur yang bercanggah dengan syarak. Perlu diberi perhatian bahawa hibah secara hakikatnya adalah akad sukarela dan ia bukanlah di dalam bentuk lazim. Dengan kata lain, jika janji hibah ini tidak ditunaikan oleh penjual, maka pembeli tidak boleh memaksanya memberi hibah tersebut.



19. Penglibatan wadiah dalam pelan pelaburan emas hendaklah menepati hukum hakam wadiah, yang antara lain ialah pegangan wadiah adalah berasaskan kepada Yad Amanah.



20. Seseorang yang membeli emas bebas mengendalikan (tasarruf) emasnya, termasuklah memberi pinjaman (qardh) kepada orang lain. Tetapi hendaklah memenuhi kriteria qardh yang dibenarkan syarak, yang antara lain tidak boleh membawa unsur faedah, tidak wujud unsur ”salaf wa bay” iaitu hutang yang diikat bersama dengan jual beli.



21. Seseorang yang membeli emas bebas mengendalikan (tasarruf) emasnya termasuk menjadikannya sebagai pajakan untuk wang secara hutang, selagi konsep al-Rahn yang digunakan adalah bertepatan dengan hukum syarak. Namun secara teorinya, perkara ini seharusnya tidak digalakkan kerana secara tidak langsung ia menggalakkan aktiviti berhutang di dalam keadaan yang tidak perlu.



22. Wa’d boleh dimasukkan dalam pelaburan emas, selagi mana ia adalah wa’d dari sebelah pihak dan bukannya muwa’adah dari kedua-dua belah pihak. Contoh aplikasi wa’d dalam konteks ini ialah membuat purchase order, iaitu pelanggan membuat perjanjian untuk membeli emas dengan harga tertentu. Perjanjian pembelian ini dinamakan ’kunci harga’. Sekiranya proses kunci harga adalah menyamai proses akad jual beli, ia tidak dibenarkan kerana akan berlaku penangguhan.



23. Transaksi jual beli hendaklah bebas daripada unsur-unsur riba, perjudian, gharar yang berlebihan, dan kezaliman. Jika sekiranya terdapat unsur-unsur tersebut, transaksi jual beli adalah dikira tidak memenuhi kriteria syarak.



http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/parameter-pelaburan-emas

Sumber dipetik dari http://zaharuddin.net/senarai-lengkap-artikel/3/1008-majlis-fatwa-syarat-halal-bagi-pelaburan-emas.html

Wednesday, 18 April 2012

Isteri Seorang Suami Muslim

KHUSUS UNTUK ISTERI2 & BAKAL2 ISTERI !!!

"Isteri Islam contoh" hendaklah memberi semangat kepada suaminya supaya ia menjalankan kewajipan terhadap agamanya seperti beramal, berjihad dan berkorban. Janganlah ia menjadi penghalang kepada suami untuk melaksanakan ‘amal-’amal Islam.

"Mereka itu adalah pakaian bagi kamu dan kamu adalah pakaian bagi mereka (Perempuan)".
(Surah al-Baqarah: Ayat 187)

"Wanita-wanita yang saleh ialah yang ta‘at kepada Allah, lagi memelihara diri ketika ketiadaan suami dengan apa yang Allah peliharanya".
(Surah an-Nisa’: Ayat 34)

"Sesungguhnya orang-orang lelaki yang Islam serta orang-orang perempuan yang Islam, dan orang-orang lelaki yang beriman serta orang-orang perempuan yang beriman, dan orang-orang lelaki yang ta‘at serta orang-orang perempuan yang ta‘at, dan orang-orang lelaki yang benar serta orang perempuan yang benar, dan orang-orang lelaki yang sabar serta orang-orang perempuan yang sabar, dan orang-orang lelaki yang merendah diri (kepada Allah) serta orang-orang perempuan yang merendah diri (kepada Allah), dan orang-orang lelaki yang bersedekah serta orang-orang perempuan yang bersedekah dan orang-orang lelaki yang berpuasa serta orang-orang perempuan yang berpuasa, dan orang-orang lelaki yang memelihara kehormatan serta orang-orang perempuan yang memelihara kehormatannya, dan orang-orang lelaki yang menyebut nama Allah banyak-banyak serta orang-orang perempuan yang menyebut nama Allah banyak-banyak, Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala yang besar."
(Surah al-Ahzab: Ayat 35)


Peringkat-Peringkat Isteri Dalam Memberi Ketaatan dan Meminta Nafkah:


Isteri Siddiqin ;

Isteri yang tidak akan meminta apa-apa dari suaminya sekalipun yang perlu (dharuri). Apa yang disediakan suaminya, dia terima dengan penuh malu dan bersyukur. Kalau ada, adalah. Kalau tidak ada, dia bersabar. Tapi meminta tidak. Apatah lagi yang tidak perlu, kalau diberi pun dia tolak bahkan adakalanya yang perlu pun dia tolak dengan baik, dia lebih suka menolong suaminya. Itulah golongan yang bersifat orang yang Siddiqin. Golongan ini payah hendak dicari terutama di akhir zaman ini, macam hendak mencari belerang merah atau gagak putih. Ini adalah perempuan luar biasa.


Isteri Muqarrobin ;

Isteri yang tidak meminta dari suaminya kecuali yang perlu sahaja. Yang tidak perlu dia tidak akan memintanya bahkan kalau suaminya memberi yang tidak perlu dia tolak dengan baik. Tapi kalau yang diperlukan pun tidak ada, dia tetap sabar. Namun dia tidak akan mendesak suaminya. Dia tetap bersabar dengan keadaan itu. Itulah golongan Muqarrobin. Golongan ini juga susah hendak dicari di zaman kebendaan ini, di zaman orang memburu dunia, di zaman orang memandang dunia adalah segala-galanya.


Isteri Solehin ;

Isteri yang meminta kepada suaminya yang perlu dan juga sekali-sekala meminta juga yang tidak perlu seperti ingin sedikit kehidupan yang selesa sama ada dari segi makan minum, tempat tinggal, kenderaan. Namun kalau suaminya tidak memberi, dia tetap sabar dan tidak pula menjadi masalah. Itulah dia golongan orang yang soleh.


Isteri Fasik ;

Isteri yang selalu sahaja meminta-minta bukan sahaja yang perlu, yang tidak perlu pun dia suka meminta-minta juga. Kalau diberi pun tidak pernah puas-puas, tidak pernah rasa cukup, sudah mewah pun tidak rasa cukup. Kalau tidak diberi menjadi masalah, dia merungut-rungut, marah-marah,sakit hati, merajuk hingga menjadi masalah dalam rumah tangga. Inilah dia golongan yang fasik. Isteri ini selalu sahaja derhaka dengan suami,apatah lagi dengan Tuhan.


Model Muslimah Sejati Menurut perspektif Islam ;wanita adalah pelengkap kepada lelaki, sekali gus memelihara keseimbangan ciptaan Allah s.w.t. Malah Rasulullah s.a.w memartabatkan kaum wanita pada kaca mata Islam sebagai perhiasan dunia yang paling indah dan unik. Ini sebagaimana sabda Baginda bermaksud:
"Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan yang paling indah ialah wanita yang solehah."(Riwayat Muslim)


Hadis ini jelas menunjukkan betapa Islam memandang tinggi kedudukan wanita dalam kehidupan global. Jika ditelusuri dalam lembaran al-Quran, wanita digambarkan dengan tiga fungsi penting.


Pertamanya, wanita dianggap sebagai fitnah dan musuh andainya dia tidak dididik dan diasuh serta dibentuk menurut acuan Islam.

Keduanya, wanita juga ujian bagi seseorang lelaki dalam menerajui bahtera kehidupan ke arah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

Akhirnya, wanita adalah anugerah Ilahi yang istimewa kepada lelaki yang mendambakan kemesraan dan kebahagiaan hidup.

Sejarah Islam sebenarnya melahirkan ratusan personaliti wanita terbilang yang menjadi teladan kepada warga Muslimah dewasa ini. Mereka adalah wanita contoh yang menempa tinta emas yang mewarnai sejarah kegemilangan dan keunggulan Islam. Sehubungan itu, Baginda Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
"Ada empat wanita mulia yang juga penghulu segala wanita di dunia; mereka itu ialah Asiah binti Muzahim, isteri Firaun; Maryam binti Imran, ibunda Isa; Khadijah binti Khuwailid, isteri Rasulullah saw dan Fatimah binti Muhammad, puteri kesayangan Baginda." (Riwayat Bukhari)


Asiah adalah simbol teladan bagi wanita beriman yang tetap mempertahankan keimanannya kepada Allah, meskipun hidup sebumbung bersama suaminya, Firaun yang tidak beriman kepada Allah. Maryam pula adalah simbol wanita dalam ibadahnya dan ketinggian darjat ketakwaannya kepada Allah serta mampu memelihara kesucian diri dan kehormatannya ketika mengabdikan dirinya kepada Allah.


Manakala Khadijah pula adalah simbol kepada isteri yang setia tanpa mengenal penat lelah mendampingi suaminya menegakkan panji-panji kebenaran Islam, berkorban jiwa raga dan segala harta bendanya serta rela menanggung pelbagai risiko dan cabaran dalam menyebarkan risalah Islam yang diamanahkan pada bahu Rasulullah.


Akhirnya, Fatimah pula adalah simbol pelbagai dimensi wanita yang solehah; anak yang soleh dan taat di hadapan ayahandanya; isteri yang setia dan taat di hadapan suaminya serta ibu yang bijaksana di hadapan putera puterinya. Dialah pemuka segala wanita dan juga seorang wanita mithali yang setiap detik kehidupan yang dilaluinya, sewajarnya dijadikan ikutan Muslimah.


Demikianlah antara beberapa profil wanita Muslimah contoh yang mewarnai pentas kehidupan dengan ketenangan, kemesraan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Islam menganjurkan setiap Muslim yang bakal melangkah alam perkahwinan agar berhati-hati memilih calon isteri.


Kriteria calon isteri penting dalam kehidupan berkeluarga kerana ia adalah antara ciri kesolehan isteri yang dituntut Islam, di samping bakal menjamin kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga. Dalam hal ini, Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:
"Janganlah kamu nikahi wanita kerana kecantikannya, kelak kecantikannya itu akan membinasakannya; janganlah kamu nikahi wanita kerana hartanya, boleh jadi hartanya akan menyebabkan kederhakaanmu; sebaliknya nikahilah wanita yang beragama. Sesungguhnya wanita yang tidak berhidung dan tuli tetapi beragama, itu adalah lebih baik bagimu."(Riwayat Abdullah ibn Humaid)


Jelas di sini, bahawa aspek keagamaan dalam diri seseorang isteri adalah penentu hala tuju sesebuah rumah tangga yang dibina dan dibentuk. Ini kerana agamanya yang bertapak kukuh dalam jiwa sanubarinya, dia pasti akan taat kepada suaminya pada semua perkara yang tidak bertentangan dengan perintah Allah dan tidak mendatangkan mudarat kepadanya. Isteri yang solehah juga akan bersifat amanah terhadap harta benda suaminya, di samping menjaga maruahnya. Sewaktu ketiadaan suaminya, seorang isteri solehah memelihara dirinya dan maruahnya seperti tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya, tidak boleh menerima tetamu yang tidak dikenali dan sebagainya.

Ketaatan dan sifat beramanah seorang isteri solehah ini banyak dipengaruhi oleh firman Allah yang bermaksud:
"...perempuan yang solehah mestilah taat dan memelihara kehormatan dirinya ketika ketiadaan suaminya dengan perlindungan Allah..."
(Surah an-Nisa: 34)

Malah isteri yang solehah ingatannya sentiasa segar dengan pesanan Baginda yang bermaksud:
"Jika seseorang wanita menunaikan solat lima waktu, berpuasa sebulan Ramadan, memelihara kehormatannya, mentaati suaminya, nescaya dia dapat masuk ke mana-mana saja pintu syurga menurut kehendaknya."(Riwayat Imam Ahmad)


Isteri solehah juga adalah isteri yang sentiasa menyempurnakan keperluan suaminya, di samping memelihara keredaannya pada setiap masa dan keadaan. Ini kerana keredaan suami adalah anak kunci utama yang melayakkannya menjadi penghuni syurga penuh kenikmatan.

Sabda Rasulullah bermaksud:
"Mana-mana isteri yang meninggal dunia, sedangkan suaminya reda kepadanya, nescaya isterinya akan masuk syurga." (Riwayat Al-Hakim dan Tirmizi)


Apa yang paling penting ialah isteri solehah adalah pendidik dan pengasuh terbaik kepada anaknya yang juga penyejuk hati ibu bapa dan saham akhirat yang pahalanya berkekalan, biarpun ibu bapanya lama meninggal dunia. Dengan agamanya itu, seseorang ibu akan mewariskan segala ilmu agamanya kepada anaknya agar mereka kelak akan menjadi anak soleh dan taat, bukan saja kepada ibu bapa, bahkan taat kepada Allah.


Agama inilah ramuan terbaik yang boleh melenturkan peribadi anak, perhiasan akhlak terpuji, mengisi minda dan hati anak dengan keimanan dan ketakwaan serta membimbing kehidupan ke arah keredaan Ilahi. Demikianlah betapa besarnya fungsi seorang wanita yang bertindak sekali gus sebagai isteri dan ibu solehah dalam sesebuah institusi keluarga. Justeru, Allah menganugerahkan ganjaran syurga bagi wanita solehah yang beriman dan benar-benar melaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorang isteri dan ibu dalam kehidupan sehariannya.


Akhirnya, Rasulullah s.a.w pernah bersabda, maksudnya:
"Sebaik-baik wanita itu ialah wanita yang melahirkan anak, yang penyayang, yang memelihara kehormatannya, yang mulia pada kaca mata ahli keluarganya, yang menghormati suaminya, menghiaskan dirinya hanya untuk suaminya tercinta, memelihara diri daripada pandangan orang lain, yang mendengar kata-kata suaminya dan mentaati segala perintahnya. Apabila bersama suaminya, dia memberikan apa saja yang diperlukan suaminya dan dia tidak pula menolak ajakannya serta tidak merendah-rendahkan atau menghina kedudukan suaminya di hadapan orang lain." (Riwayat Al-Tausi)


_________________
Dunia ini umpama lautan yang luas.Kita adalah kapal yang belayar di lautan itu.Andainya muatan kita adalah iman dan layarnya taqwa, nescaya kita akan selamat dari tenggelam di lautan itu...


http://permataaqiq.blogspot.com/2006/05/khusus-untuk-isteri2-bakal2-isteri.html

Tuntutlah Ilmu Hingga Ke Negeri China


Soalan:

Apakah status hadith Tuntutlah Ilmu Hingga Ke Negeri China ? Ada pendapat yang menyatakan bahawa ia adalah hadith palsu. Adakah dakwaan ini benar ?

Jawapan

Wa’alaikum salam Wr. Wb.

« اطلبوا العلم ولو بالصين ، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم »

“ Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu sangatlah wajib atas setiap orang muslim”.

Nash di atas adalah matan dari hadits dhoif tetapi diriwayatkan melalui banyak sanad, di antaranya Imam Baihaqi dalam kitab syi’bul iman. Ahli hadits menyatakan di antara perowi hadits tersebut adalah Abu ‘Atikah yang dikatakan oleh ulama’ hadits sebagai perowi dhoif, sehingga muncul banyak pendapat dalam menilai hadits ini sebagai hadits dhoif, bathil atau tidak bersanad.

Namun demikian, menurut al-hafidh al-Mazi : karena hadits ini memiliki banyak jalan (sanad), maka dari dhoif naik ke derajat hasan lighoirihi. Oleh karena itu tidak boleh bagi kita mengatakan bahwa itu bukan hadits.

شعب الإيمان للبيهقي – (4 / 174)


أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ، أخبرنا أبو الحسن علي بن محمد بن عقبة الشيباني ، حدثنا محمد بن علي بن عفان ، ح وأخبرنا أبو محمد الأصبهاني ، أخبرنا أبو سعيد بن زياد ، حدثنا جعفر بن عامر العسكري ، قالا : حدثنا الحسن بن عطية ، عن أبي عاتكة ، – وفي رواية أبي عبد الله – حدثنا أبو عاتكة ، عن أنس بن مالك ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « اطلبوا العلم ولو بالصين ، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم » « هذا حديث متنه مشهور ، وإسناده ضعيف » وقد روي من أوجه ، كلها ضعيف

جامع الأحاديث – (5 / 2)


اطلبوا العلم ولو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم (العقيلى ، وابن عدى ، والبيهقى فى شعب الإيمان ، وابن عبد البر عن أنس) أخرجه العقيلى (2/230 ، ترجمة 777) ، وابن عدى (4/118 ، ترجمة 963) كلاهما فى ترجمة طريف بن سلمان أبو عاتكة . والبيهقى فى شعب الإيمان (2/253 ، رقم 1663) ، وقال : هذا الحديث شبه مشهور ، وإسناده ضعيف ، وقد روى من أوجه كلها ضعيفة . وأخرجه ابن عبد البر فى العلم (1/9) . وأخرجه أيضاً : الخطيب (9/363) ، وأورده ابن الجوزى فى الموضوعات (1/347 ، رقم 428) . قال العجلونى (1/154) : ضعيف بل قال ابن حبان : باطل . وذكره ابن الجوزى فى الموضوعات ، ونوزع بقول الحافظ المزى : له طرق ربما يصل بمجموعها إلى الحسن ، وبقول الذهبى فى تلخيص الواهيات : روى من عدة طرق واهية وبعضها صالح ، ورواه أبو يعلى عن أنس بلفظ : اطلبوا العلم ولو بالصين فقط ، ورواه ابن عبد البر أيضاً عن أنس بسند فيه كذاب .

مسند البزار – (1 / 55(


وَحَدِيثُ أَبِي الْعَاتِكَةِ : اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينِ لاَ يُعْرَفُ أَبُو الْعَاتِكَةِ وَلاَ يُدْرَى مِنْ أَيْنَ هُوَ ، فَلَيْسَ لِهَذَا الْحَدِيثِ أَصْلٌ.

قواعد التحديث من فنون مصطلح الحديث – (1 / 66(


وفي عون الباري نقلاً عن النووي أنه قال ((الحديث الضعيف عند تعدد الطرق يرتقى عن الضعف إلى الحسن ويصير مقبولاً معمولاً به))

قواعد التحديث من فنون مصطلح الحديث – (1 / 77(


الخامسة قولهم هذا الحديث ليس له أصل أو لا أصل له قال ابن تيميه معناه ليس له إسناد

قواعد التحديث من فنون مصطلح الحديث – (1 / 86(


الثامن المشهور وهو ماله طرق محصورة بأكثر من اثنين سمى بذلك لوضوحه ويطلق على ما اشتهر على الألسنة فيشمل ماله إسناد واحد فصاعداً بل مالا يوجد له إسناد أصلا (كذا في النخبة) وما اشتهر على الألسنة أعم عن اشتهاره عند المحدثين خاصة أو عندهم أو عند العامة مما لا أصل له

شرح إختصار علوم الحديث – (1 / 363(


والشهرة أمر نسبي، فقد يشتهر عند أهل الحديث، أو يتواتر ما ليس عند غيرهم بالكلية ، ثم قد يكون المشهور متواترا أو مستفيضا، وهذا ما زاد نقلته على ثلاثة، وعن القاضي الماوردي أن المستفيض أكثر من المتواتر، وهذا اصطلاح منه، وقد يكون المشهور صحيحا كحديث: الأعمال بالنيات وحسنا، وقد يشتهر بين الناس أحاديث لا أصل لها، أو هي موضوعة بالكلية، وهذا كثير جدا

Sumber : Http://www.Forsansalaf.Com

Read more: http://ad-deen.proboards.com/index.cgi?board=hadis&action=display&thread=40#ixzz1BaBfZIUc

Hadis: ((اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينِ ، فَإِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ)) ini mempunyai sekurang-kurangnya 25 hadis bertaraf sangat lemah dan 4 hadis yang dha'if. Namun, kerana ianya diriwayatkan oleh banyak jalan, maka sebahagian ulama' membuat kesimpulan bahawa ianya boleh mencapai hasan sebagaimana perkataan Imam Al-Mizzi. Begitu juga dengan syawahid iaitu hadis-hadis kefardhuan menuntut ilmu tanpa menyebut ((tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China))

Hadis ini diriwayatkan oleh Saidina Anas r.a. secara bersendirian dalam kebanyakan kitab-kitab hadis.

Antara mereka yang meriwayatkan hadis ini daripada beliau dari adalah:

-Aban bin Fairuz
-Abu 'Atikah Tharif bin Salman Al-Kufi

Adapun Aban bin Fairuz Al-Bashri, beliau dikritik oleh ramai ulama' hadis.

Imam 'Amr bin 'Ali berkatA: "Matruk Al-Hadis" (ditinggalkan hadisnya) sedangkan dia ialah seorang lelaki yang sholeh.

Begitu juga, di sisi Imam Ahmad, beliau ditinggalkan hadisnya sehinggakan Waqi' sekadar menyebut "Rajul" ketika menyebut hadisnya sebagai mendho'ifkannya. Dalam riwayat lain, Imam Ahmad berkata bahawasanya Aban seorang Munkar Al-Hadis.

Yahya bin Ma'in berkata: beliau ialah dha'if. Dalam riwayat lain, beliau berkata: "hadisnya laisa bisya'ie (lafaz kritikan: yang bermaksud tidak ada nilai hadis riwayatnya).

Imam Abu Hatim Ar-Razi berkata tentang beliau: "Matruk Al-Hadis. Sedangkan beliau ialah seorang lelaki yang sholeh tetapi diuji dengan buruk hafalannya".

Imam Abu Zur'ah ketika ditanya tentang Aban lalu beliau menjawab: ditinggalkan hadisnya dan tidak dibacakan kepada kami hadisnya.

Imam Abu Zur'ah ditanya tentang kelemahan Aban lalu beliau menjawab: "Beliau mendengar hadis daripada Anas dan orang masyhur yang lain begitu juga Al-Hasan namun tidak boleh membezakan antara mereka (dalam riwayat-riwayat mereka).

Imam An-NAsa'ie berkata tentang beliau: "Matruk Al-Hadis", "Laisa bi Thiqah (tidak dipercayai) dan tidak ditulis hadisnya".

Pun begitu, Imam Ibn Adi berkata: antara yang meriwayatkan daripada Aban adalah Imam At-Thauri, Ma'mar, Ibn Juraij, Hamad bin Salamah dan sebagainya.

[Rujuk Tahzib Al-Kummal]

Adapun Abu 'Atikah Thorif bin Salman, maka para ulama' menilai beliau sebagaimana berikut.

Abu Hatim: "Zahib Al-Hadis" (Hafalannya terhadap hadis lemah)

Imam Al-BUkhari berkata: "Munkar Al-Hadis".

Imam An-NAsa'ie berkata tentang beliau: "Tidak thiqah"

Imam Ad-Darqutni berkata pula: "Dha'if"

Imam At-Tirmizi ada meriwayatkan satu hadis melalui jalan beliau.

[Rujuk Tahzib Al-Kummal]

Kedua-dua perawi yang lemah dalam sanad ini tidak jatuh ke tahap ditohmah sebagai pendusta hadis atau pemalsu hadis. Jadi, hadis ini sekalipun dinilai dho'if oleh kebanyakan ulama', tidak boleh dinilai sebagai palsu sebagaimana dilakukan oleh sesetengah ahli ilmu kerana hadis palsu (maudhu') dengan hadis dha'if sangat berbeza kedudukannya dalam ilmu hadis.

Wallahu a'lam...

Di samping itu juga, para ulama' tidak sepakat mengatakan hadis ini secara mutlak sebagai dho'if.

Imam As-Syaukani berkata:

رواه العقيلي ، وابن عدي ، عن أنس ، مرفوعًا ، قال ابن حبان : وهو باطل لا أصل له ، وفي إسناده : أبو عاتكة ، وهو منكر الحديث ، وتعقب بأنه قد روى له الترمذي ، وقد أخرج هذا الحديث البيهقي في الشعب ، وابن عبد البر في كتاب العلم ، وقال في المختصر : هو لابن ماجه ، وأحمد ، والبيهقي ، ولفظه مشهور ، وأسانيده ضعيفة ، وقد أورده ابن الجوزي في الموضوعات .

Maksudnya: Hadis ini, Al-Uqaili meriwayatkannya, begitu juga Ibn 'Adi daripada Anas r.a. secara Marfu' (diangkat kepada Rasulullah s.a.w.).

Imam Ibn Hibban berkata: Hadis ini batil tiada asal baginya. Dan pada sanadnya mengandungi Abu 'Atikah yang mana beliau ialah Munkar Al-Hadis. Kemudian, dia menyebut bahawa Imam At-Tirmizi juga meriwayatkan daripadanya.

Imam Al-Baihaqi juga mengeluarkan hadis ini dalam As-SYu'ab dan Ibn Abdil Bar juga dalam Kitab Al-Ilm. Dan beliau berkata dalam Al-Mukhtasar: Hadis ini juga bagi Ibn Majah, Ahmad dan Al-Baihaqi yang mana lafaznya masyhur sedangkan sanad-sanadnya lemah.

Imam Ibn Al-Jauzi meriwayatkannya dalam kitab Al-Maudhu'at (iaitu sebuah kitab yang menghimpunkan hadis-hadis palsu pada penilaian Imam Ibn Al-Jauzi.) [Al-Fawa'id Al-Majmu'ah no hadis: 850]

Imam Al-'Ajluni pula berkata [no: 397]:

رواه البيهقي والخطيب وابن عبد البر والديلمي وغيرهم عن أنس، وهو ضعيف، بل قال ابن حبان باطل، وذكره ابن الجوزي في الموضوعات، ونوزع بقول الحافظ المزي له طرق ربما يصل بمجموعها إلى الحسن، وبقول الذهبي في تلخيص الواهيات روى من عدة طرق واهية وبعضها صالح،
ورواه أبو يعلى عن أنس بلفظ اطلبوا العلم ولو بالصين فقط،

Maksudnya: Ia diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, Imam Al-KHatib, Imam Ibn Abdil Bar, Imam Ad-Dailami dan sebagainya dariapda Anas r.a. yang mana ianya dha'if.

Bahkan, Imam Ibn HIbban menilai ianya sebagai batil sebagaimana Ibn Al-Jauzi menyebutnya dalam Al-Maudhu'at.

Namun, dipertikaikan perkataan tersebut dengan perkataan Al-Hafiz Al-Mizzi: "baginya jalan-jalan riwayat yang mana himpunannya secara keseluruhan membawa kepada darjat hasan". Begitu juga perkataan Al-Hafiz Az-Zahabi yang berkata dalam Talkhis Al-Wahiyat: "Diriwayatkan daripada banyak jalan yang lemah dan sebahagiannya baik.

Imam Abu Ya'la meriwayatkan daripada Anas r.a. dengan lafaz "tuntutlah ilmu walau ke negeri China" sahaja.

[Rujuk Kasyf Al-Khafa' pada no hadis tersebut]

Bukan sekadar Imam Ibn Hibban, malah Imam Al-Jurjani juga menilai hadis ini batil melalui jalan Abu Hurairah r.a. sebagaimana perkataan beliau:

وَهَذَا بِهَذَا الإِسْنَادِ بَاطِلٌ

Maksudnya: "Dan hadis ini dengan sanad ini (melalui jalan Abu Hurairah tersebut)... [Al-Kamil fi Dhu'afa' Ar-Rijal, no hadis: 213]

Imam Al-Bazzar juga menilai hadis ini sebagai tiada asal sebagaimana perkataan beliau:

فَلَيْسَ لِهَذَا الْحَدِيثِ أَصْلٌ .

Maksudnya: "Tiada bagi hadis ini akan asal". [Al-Bahr Az-Zakhar: no hadis: 73]

Imam Al-Baihaqi menilai hadis ini sebagai dha'if sebagaimana perkataan beliau:

هَذَا حَدِيثٌ مَتْنُهُ مَشْهُورٌ , وَأَسَانِيدُهُ ضَعِيفَةٌ , لا أَعْرِفُ لَهُ إِسْنَادًا يَثْبُتُ بِمِثْلِهِ الْحَدِيثُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Hadis ini matannya masyhur tetapi sanad-sanadnya lemah. Saya tidak tahu bagi hadis ini ada sanad yang dapat menetapkannya seperti sanad ini. Wallahu a'lam. [Al-Madkhal ila As-Sunan Al-Kubra, no hadis: 234]

Kesimpulannya, antara para ulama' yang menilai hadis ini lemah antaranya adalah: Imam Al-Baihaqi, Imam As-Syaukani dan sebagainya. Bahkan, ada yang sampai menilai hadis ini sebagai batil seperti Imam Ibn Hibban, atau sanadnya batil seperti Imam Al-Bazzar dan malah dinilai sebagai maudhu' (palsu atau rekaan) oleh Imam Ibn Al-Jauzi.

Namun, Imam Al-'Ajluni mendatangkan dua perkataan para ulama' yang masih menilai hadis ini dengan penilaian positif iaitu Al-Hafiz Al-Mizzi dan Al-Hafiz Az-Zahabi.

Apa yang menarik perhatian adalah, ketika kebanyakan ulama' menilai hadis ini sebagai lemah, Imam Az-Zahabi menyebut sebahagian jalan periwayatannya adalah sholeh (baik) sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-'Ajluni. Adakah jalan riwayat yang baik yang dimaksudkan oleh Imam Az-Zahabi merujuk kepada riwayat Aban bin Fairuz atau Abu Atikah yang disebutkan sebelum ini tentang kelemahan kedua-duanya? Atau, beliau merujuk kepada jalan riwayat selain riwayat Aban dan Abu Atikah?

Memang benar kedua-dua perawi tersebut tidaklah jatuh ke tahap pemalsu hadis atau pendusta sehingga hadis ini jatuh ke tahap maudhu', namun masih tidak dapat menafikan kelemahannya. Imam Al-Mizzi menilai ianya hasan jika jalan-jalan periwayatan hadis ini dihimpunkan lalu saling menguatkan antara satu dengan yag lain. Selain daripada riwayat melalui kedua-dua perawi ini, adakah sanad yang lain yang lebih baik?

Dalam bidang hadis, ilmu rijal, sanad dan jarh wa ta'dhil sangat sulit sehinggakan hatta para nuqqad (penilai sanad hadis) yang besar pun terdedah kepada kesalahan tertentu dalam menilai sesuatu hadis, apatah lagi para pengkaji sanad masakini yang terlalu jauh penguasaan sumber dan ilmu berbanding para ulama' nuqqad terdahulu.

Dalam masalah hadis ini, ruang menilai hadis ini secara positif memang masih ada kerana sekurang-kurangnya hadis ini tidak bertaraf maudhu' (palsu) atau batil kerana perawi-perawi yang dinilai lemah tersebut tidak terlalu ditohmah sehingga jatuh kepada tahap dusta atau pemalsu hadis.

Ruang kedua menilai hadis ini secara positif adalah sebagaimana dilakukan oleh Imam Al-Mizzi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-'Ajluni dalam KAsyf Al-Khafa'.

Ruang ketiga semestinya adalah dengan mengkaji kembali hadis ini dari sudut penilaian Imam Az-Zahabi yang mengatakan hadis ini ada jalan yang baik. Maka, adakah di sana jalan periwayatan ketiga bagi hadis ini selain jalan Aban dan Abu 'Atikah?

Dalam penemuan terbaru, sebuah juzu' kecil yang menghimpunkan hadis-hadis himpunan Imam Abu Al-Qasim Zahir bin Thahir bin Muhammad As-Syahami An-Naisaburi (w: 533 H) yang berjudul السُباعيات الألف (As-Suba'iyyat Al-Alf) bahagian 5,6,7 dan 8 (http://shamela.ws/index.php/book/10444) telah ditemui dalam bentu manuskrip.

Dalam juzuk As-Suba'iyyat ini ada meriwayatkan hadis yang dibincangkan dengan kedua-dua jalan (Aban dan Abu 'Atikah) di samping satu jalan tambahan yang mengiringi jalan Aban tersebut.

Berikut adalah nasnya:-

) أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ أَبُو نَصْرٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مُوسَى ، نا أَبُو أَحْمَدَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ الْفَرَضِيُّ ، بِبَغْدَادَ , نا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْمَحَامِلِيُّ ، نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الأَحْمَسِيُّ ، نا الْحَسَنُ بْنُ عَطِيَّةَ ، عَنْ أَبِي عَاتِكَةَ ، عَنْ أَنَسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينِ , فَإِنَّ الْعِلْمَ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ " وَأَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرٍ ، أنا أَبُو أَحْمَدَ ، نا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ ، نا ابْنُ إِشْكَابَ ، نا يَزِيدُ ، عَنْ حُمَيْدٍ ، وَأَبَانٍ ، عَنْ أَنَسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ

Sheikh Abu NAsr Abdul Rahman bin Ali bin Musa telah mengkhabarkan kepada kami bahawa Abu Ahmad Ubaid telah mengkhabarkan kepada kami di Baghdad bahawasanya Abu Abdillah Al-Husain bin Isma'il Al-Mahamili tlh mengkhabarkan kepada kami bahawa Muhammad bin ISma'il Al-Ahmasi telah mengkhabarkan kepada kami bahawa Al-Hasan bin 'Athiyyah telah mengkhabarkan kepada kami bhawasanya Anas r.a. telah mengkhabarkan kepada kami bahawa beliau berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China". Sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah kefardhuan bagi setiap muslim."

(Sanad yang lain) Dan Abu Nasr telah mengkhabarkan kepada kami bahawa Abu Ahmad telah mengkhabarkan kepada kami bahawa Ibn Iskab telah mengkhabarkan kepada kami bahawa Yazid telah mengkhabarkan kepada kami daripada HUMAID dan Aban daripada Anas r.a. daripada Nabi s.a.w. dengan hadis yang sama."

Sumber: http://global.islamweb.net/hadith/displa....ndexstartno=100

Cuba perhatikan kalimah "HUMAID dan Aban tersebut. Maksudnya, Imam Al-Syahami meriwayatkan hadis ini melalui Aban dan Humaid dengan sanad yang sama.

Imam Al-Syahhami sendiri seorang ulama' hadis yang diterima hadisnya. Begitu juga Abu Nasr Abdul Rahman, guru As-Syahhami, seorang ulama' yang thiqah.

Abu NAsr ini meriwayatkan hadis ini daripada Abu Ahmad Ubaidillah ibn Abi Muslim Al-Baghdadi yang merupakan seorang ulama' thiqah.

Abu Ahmad pula meriwayatkan daripada Abu Abdillah Husain bin Ismail Al-Muhamili, Qadhi Kufah, yang merupakan seorang ulama' thiqah juga.

Abu Abdillah ini meriwayatkan daripada Muhammad Ibn Isykab As-Shaghir, seorang ulama' thiqah juga. Ibn Isykab pula meriwayatkannya daripada Yazid bin Harun Al-Wasithi, seorang ulama' thiqah juga. Yazid ini meriwayatkan daripada dua orang iaitu:

HUMAID dan Aban bin Fairuz daripada Anas r.a..

HUMAID bin Ibn Abi HUmaid At-Thowil pula merupakan seorang ulama' thiqah walaupun terkadang melakukan tadlis. Abu Hatim Ar-Razi berkata tentang beliau: "Thiqah la ba'sa bihi" (terpercaya yang tidak mengapa meriwayatkan daripadanya).

Imam Az-Zahabi mengatakan, beliau thiqah tetapi ada membuat tadlis daripada Anas r.a..

Saidina Anas r.a. memang disenaraikan sebagai antara guru Humaid ini. Bahkan, Yazid bin Harun juga disenaraikan sebagai murid beliau dalam Tahzib Al-Kummal.

Maka, melalui jalan Humaid sehingga ianya dikeluarkan oleh Al-Syahhami dalam juz Al-Ulf As-Suba'iyyah tersebut dinilai sebagai suatu rantaian sanad yang baik bagi hadis ini. Walaupun demikian, masih ada ruang untuk dinilai semula kerana para ulama' hadis lain tidak pernah menyebut sanad Humaid yang berkongsi dengan Aban ini.

Apa yang penting, dengan adanya bukti ini menunjukkan perkataan Imam Az-Zahabi tentang adanya sanad yang baik bagi hadis ini adalah benar. Wallahu a'lam...

Teks hadis:

اطلبوا الْعِلْمَ ولوْ بالصِّينِ فإِنّ طَلَبَ العِلْم فَرِيضَةٌ على كُلِّ مُسْلِمٍ

Terjemahan:

”Tuntutlah ilmu walaupun di China. Maka sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah fardu ke atas setiap muslim”.


Keterangan:

Ada yang menyangka bahwa matan hadis penuh seperti di atas adalah hasan kerana jalan-jalan riwayatnya yang banyak (lihat seperti dalam: فيض القدير). Walhal perbincangan tentang matan hadis ini sebenarnya perlu dibahagikan kepada dua bahagian. Bahagian kedua hadis di atas (فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم) telah diriwayatkan dari Anas RA oleh 20 orang perawi sepertimana kata Ibn ’Arraq dan ianya itu bertaraf hasan.

Bahagian awal hadis ini (اطلبوا العلم ولو بالصين،) fokus perbincangan kita pula telah diriwayatkan oleh Anas RA dan Abu Hurairah RA. Namun perbincangan akan tertumpu kepada riwayat Anas kerana riwayat Abu Hurairah mengandungi perawi yang memalsukan hadis. Riwayat Anas pula telah diriwayatkan oleh 4 orang perawi, iaitu Ibrahim al-Nakha’i, al-Zuhri, Ibn Sirin dan Abu ’Atikah Tarif bin Salman.

Bagaimanapun, perbincangan akan tertumpu kepada riwayat Abu ’Atikah Tarif bin Salman sahaja kerana jalan-jalan riwayat yang lain itu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ini kerana riwayat Ibrahim al-Nakha’i terputus dan riwayat dari al-Zuhri pula mengandungi perawi pendusta. Manakala riwayat Ibn Sirin di sisi Abu Ya’la dan Ibn ’Abd al-Barr, seperti yang dikatakan oleh al-Suyuti dapat menyokong riwayat Abu ’Atikah (al-Ta’aqqubat ’ala al-Mawdu’at oleh al-Suyuti), namun dakwaan al-Suyuti ini tidak dapat dibuktikan kerana nuskhah Ibn ’Abd al-Barr dan Abu Ya’la yang ada tidak merekodkannya.

Takhrij Hadis

Ringkasnya, - al-faqir hanya menukil perbahasan para pengkritik hadis sebelum ini – para ulama hadis yang telah mengeluarkan jalan riwayat Abu ’Atikah ialah:

ابن عدي ( 207 / 2 ).
وأبو نعيم في " أخبار أصبهان " ( 2 / 106 ).
وابن عليك النيسابوري في " الفوائد " ( 241 / 2 ).
وأبو القاسم القشيري في " الأربعين " ( 151 / 2 ).
والخطيب في " التاريخ " ( 9 / 364 ) وفي " كتاب الرحلة " ( 1 / 2 ).
والبيهقي في الشعب (1663) (4 / 174) و" المدخل " (243).
وابن عبد البر في " جامع بيان العلم " (15- 21) ( 1 / 7 - 8 ).
والضياء في " المنتقى من مسموعاته بمرو" ( 28 / 1 ).
المنتخب من علل الخلال (63).

Kesemua mereka meriwayatkan hadis ini daripada al-Hasan bin ‘Atiyyah yang memberitakan daripada Abu ‘Atikah Tarif bin Salman dari Anas RA secara marfu’. Manakala…

العقيلي في " الضعفاء " (864) ( 196 )

Beliau meriwayatkannya daripada Hammad bin Khalid al-Khayyat yang memberitakan daripada Abu ‘Atikah Tarif bin Salman dari Anas RA secara marfu’.

Maka, meskipun al-Hasan bin ‘Atiyyah daif, namun riwayat beliau dari Abu ‘Atikah disokong oleh Hammad bin Khalid al-Khayyat. Justeru, perbincangan para pengkritik hadis ini secara fokus, sebenarnya tertumpu kepada Abu ‘Atikah. Dan kesemua ulama al-jarh wa al-ta’dil pula telah mendaifkan beliau.

Al-‘Uqayli dalam riwayatnya di atas hanya mengecam Abu ‘Atikah katanya: Matruk al-hadith.
Kata al-Bukhari: Munkar al-hadith.
Kata al-Nasa’i: Tidak thiqah.
Kata Abu Hatim: ’Pergi’ hadisnya.
Al-Sulaimani menyenaraikannya dalam kalangan orang yang memalsukan hadis.
Kata al-Tirmizi: Abu ’Atikah didaifkan (no. 658).
Yahya bin Ma’in pula tidak mengenalinya.
Kata al-Daraqutni: Daif.
Kata Abu Ahmad al-Hakim: Tidak kuat menurut mereka, yakni ahli hadis.
Kata al-Bazzar: Abu ’Atikah tidak dikenali dan tidak diketahui dari mana dianya (no. 95).

Imam Ahmad apabila mendengar hadis ini sangat mengingkarinya (المنتخب من علل الخلال). Yakni mengingkari keseluruhan matannya tentang kefarduan menuntut ilmu ke atas setiap muslim, di mana kata beliau: (لا يثبت عندنا فى هذا الباب شئ). (تنزيه الشريعة ج:1 ص:257). Demikian juga pendapat al-Bazzar dalam Musnadnya kata beliau: (وَكُلُّ مَا يُرْوَى فِيهَا عَنْ أَنَسٍ ، فَغَيْرُ صَحِيحٍ). Sedangkan berdasarkan penyelidikan lanjut oleh sebilangan pengkaji hadis kemudiannya, didapati bahagian kedua hadis ini adalah hasan, malah ada yang mensahihkannya.

Meneliti Kritikan Ibn al-Jawzi

Ibn al-Jawzi memuatkan hadis ini dalam al-Mawdu’atnya (1/215) dengan katanya: Hadis ini tidak sah dari Rasulullah SAW. Namun beliau hanya menyatakan al-Hasan bin ‘Atiyyah didaifkan oleh Abu Hatim dan Abu ’Atikah pula disebut oleh al-Bukhari: Munkar al-hadith. Setelah itu dibawakan kata-kata Ibn Hibban: ”Hadis ini batil, tiada asal baginya”.

Jelasnya beliau hanya menyokong pendapat Ibn Hibban tanpa membawakan hujah yang kukuh kenapa hadis tersebut batil dan palsu. Kerana zahir ‘illah yang dinyatakan oleh beliau hanya menunjukkan hadis tersebut sekadar bertaraf amat daif. Dan tidak pula dapat dipastikan jalan riwayat manakah yang ditolak oleh Ibn Hibban. Sedang Ibn al-Jawzi sendiri telah meriwayatkan hadis ini dari 4 jalan riwayat yang berbeza daripada Abu ’Atikah (lihat diagram sanad). Kemungkinan ini adalah di antara kelonggaran Ibn al-Jawzi yang mudah menghukum sesuatu hadis sebagai palsu sebagaimana yang telah masyhur.

Syeikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadith al-Da’ifah (no. 416) hanya mengikut pendapat Ibn Hibban sebagai batil, sedang kata-kata Ibn Hibban itu belum dapat dibuktikan secara terperinci. Bahkan kebanyakan ulama hanya menukilkan kata-kata Ibn al-Jawzi berserta hukum Ibn Hibban ini, di samping menukilkan pandangan yang hanya mendaifkannya. Lihat seperti dalam: ( المقاصد الحسنة للسَّخاوي - 125) dan (تنزيه الشريعة ج:1 ص:257).

Di antara yang sependapat dengan Ibn Hibban ialah al-Bazzar, katanya: ”Tiada bagi hadis ini asalnya” (no. 95). Seperti al-’Uqayli beliau juga mengecam riwayat ini kerana Abu ’Atikah.

Antara ulama yang berpada dengan hukum daif sanadnya ialah al-Bayhaqi yang menyatakan dalam (المدخل إلى السنن الكبرى): ”Hadis ini matannya masyhur dan sanad-sanadnya daif. Aku tidak tahu satu sanad pun yang dapat menjadikan hadis ini sabit dengannya. Wallahu a’lam”. Antaranya lagi ialah al-‘Iraqi dalam Takhrij Ihya’ ‘Ulumiddin. Dan al-Suyuti dalam al-Jami’ al-Saghir (no. 1110) hanya mengisyaratkannya sebagai daif.

Kedudukan Abu ’Atikah

Menurut al-Zahabi dalam al-Mizan - no. 10339: Beliau disepakati kedaifannya (مجمع على ضعفه). Meskipun Abu ’Atikah daif, namun al-Suyuti menyatakan bahawa beliau tidak dicap sebagai pendusta atau dituduh berdusta, dan beliau termasuk di kalangan perawi-perawi dalam Sunan al-Tirmizi (al-Ta’aqqubat ’ala al-Mawdu’at oleh al-Suyuti). Demikian juga penilaian Ibn Hajar dalam Taqrib al-Tahzib (no. 8229) sebagai daif sahaja, dan seolah-olah beliau menolak kritikan al-Sulaimani yang menyenaraikannya dalam kalangan orang yang memalsukan hadis dengan katanya: ”al-Sulaimani agak berlebihan terhadapnya”. Seolah-olah tuduhan tersebut tidak mempunyai bukti yang kuat, maka beliau mengkategorikannya di tabaqat ke lima.

Dikeluarkan oleh al-Nasa’i dan al-Dawlabi dalam al-Kuna bahawa Hammad bin Malik bertanya kepada Abu ’Atikah, dan ketika itu beliau sudah berusia 164 tahun (!): Barangkali sudah bercampur aduk akal tuan ke atas tuan sendiri? Maka jawabnya: Ya. (al-Tahzib, no. 8527)

وأخرج النسائي والدولابي في الكنى من طريق حماد بن مالك سألت شيخا يقال له طريف بن سلمان أبو عاتكة وكان قد أتى عليه مائة سنة وأربع وستون، فقلت: ربما اختلط عليك عقلك؟ فقال: نعم.

Para pengkaji tidak menyebut tentang bila al-Hasan bin ‘Atiyyah dan Hammad bin Khalid al-Khayyat meriwayatkan hadis ini daripada beliau, sama ada sebelum atau sesudah bercampur aduk ingatannya. Ia tidak perlu kerana mereka sudah menghukumkannya sebagai daif. Inilah punca barangkali kenapa para pengkritik hadis mendaifkan beliau, bukan disebabkan beliau memalsukan hadis sepertimana dakwaan al-Sulaimani.

Maka secara kesimpulan, beliau tidak dihukum secara terlalu berat kecuali oleh al-Sulaimani. Al-Sulaimani, Ahmad bin ’Ali (m. 404H) antara ulama hadis yang ketat dan keras dalam menghukum para perawi. Ada sebahagian hukum jarhnya terhadap tokoh-tokoh ulama ditolak, seperti menuduh al-Zubayr bin Bakkar, al-Fadl bin al-Hubab, al-Bazzar dan Ibn Jarir al-Tabari memalsukan hadis. Beliau turut mengatakan al-Baghawi mencuri hadis, dan Ibn Abi Hatim pula berfahaman Syiah. Di sini pula, kita lihat al-Hafiz Ibn Hajar seakan-akan tidak setuju dengan beliau mengenai status Abu ’Atikah.

Hukum al-Bukhari (munkar al-hadith), al-Nasa’i (tidak thiqah) dan al-’Uqayli (matruk al-hadith) pula dapat dikategorikan sebagai agak berat juga yang menjadikan hadis ini sangat daif. Manakala hukum al-Tirmizi, Ibn Ma’in, al-Daraqutni dan Abu Ahmad al-Hakim lebih ringan jarhnya yang menjadikan hadis ini hanya daif. Maka jelas, perbezaan hukum hadis di sisi para pengkritik hadis ini adalah kerana Abu ’Atikah, sama ada hadis tersebut menjadi palsu, sangat daif, ataupun daif sahaja.

Kejutan Riwayat Ibadhiyyah

Setelah saya menulis penjelasan di atas, baru saya menemukan riwayat hadis ini dalam Musnad al-Rabi’ (no. 18), pegangan faham Ibadhiyyah, salah satu cabang Khawarij moderat yang masih kekal dan hampir kepada Ahlus Sunnah. Ia adalah mazhab rasmi negara Oman kini. Amat menghairankan, riwayat ini tidak disebut oleh mana-mana pakar pengkritik hadis di atas, dan ia lain dari jalan riwayat Abu ‘Atikah. al-Rabi’ bin Habib bin ’Amr al-Basri adalah ulama hadis Ibadhiyyah dan tokoh besar mereka. Teks riwayat hadisnya adalah seperti berikut:

قال الربيع بن حبيب: حدثني أبو عبيدة عن جابر بن زيد عن أنس بن مالك عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: اطلبوا العلم ولو بالصين.


Guru al-Rabi’, Abu ’Ubaydah ialah Muslim bin Abi Karimah. Menurut Abu Hatim: Majhul, namun Ibn Hibban menyebutnya dalam kitab al-Thiqat seraya katanya: “Namun saya tidak berpegang dengannya”, yakni kerana berfahaman Syiah. (Lisan al-Mizan). Beliau adalah faqih dari kalangan tokoh ulama Ibadhiyyah (al-A’lam – al-Zirikli).

Guru beliau, Jabir bin Zaid pula adalah seorang yang faqih dan thiqah. Dikatakan berfahaman Ibadhiyyah, namun beliau diriwayatkan berkata: “Aku berlepas diri kepada Allah dari yang demikian”. (Tahzib al-Tahzib, no. 61). Maka jika sah sanad ini, ia dapat menyokong riwayat Abu ‘Atikah di atas. Ini kerana ada yang mempertikaikan kredibiliti nuskhah Musnad al-Rabi’ berkenaan. Malah al-Rabi’ Abu ‘Amr ini juga tidak begitu popular dalam kitab-kitab rijal Ahlus Sunnah. Secara zahirnya sanad ini sah di sisi Ibadhiyyah dari riwayat imam mereka!! Dalam menerima atau menolak hadis, apa yang menjadi ukuran ialah sifat benar dan amanah perawi, walaupun ianya dari kalangan ahli bidaah.

Rumusan

Secara teori, mereka yang menolak hadis ini tidak dapat menghukum secara jazam dan yakin akan kepalsuannya. Ia ditolak adalah berdasarkan kepada seni pengkritikan hadis yang berbentuk ijtihadi. Demikian juga mereka yang menghukumnya sebagai daif juga sudah tentu tidak dapat menghukum secara jazam dan yakin akan kesabitannya. Ia hanya dapat digunapakai sebagai motivasi (fada’il) sahaja tanpa menisbahkannya secara pasti kepada Rasulullah SAW. Saya lebih cenderung kepada pendapat ini selagi bukti kukuh tentang pemalsuan Abu ’Atikah, seorang tabiin dan murid kepada Anas bin Malik r.a. tidak ditemukan.

Apatah lagi jika digabungkan dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada jalan-jalan riwayat Ibrahim al-Nakha’i, al-Zuhri, dan juga Ibn Sirin, walaupun tidak diterima secara ilmiah. Lebih-lebih lagi sokongan dari riwayat al-Rabi’ bin Habib yang dapat mengubah riwayat Abu ’Atikah ini menjadi kuat sedikit. Bahkan ianya sabit menurut jalur riwayat imam-imam Ibadhiyyah! Apa pun kita bukannya hendak mensahihkan hadis ini dan menjadikannya sebagai hujah. Tujuannya adalah agar kita tidak mencemuh dan mendabik dada apabila melihat orang lain menyebutkannya, seperti kita berkata: ”Apa ustaz ni? Pakai hadis palsu!” ... Sekian.

Wallahu a’lam.

Oleh : Ustaz Mohd Khafidz Bin Soroni - Rujuk : http://sawanih.blogspot.com/2011/06/kajian-hadis-tuntutlah-ilmu-walaupun-di.html